Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jakarta Muharram, Geliat Tahun Baru Islam di Kota Metropolitan

31 Agustus 2019   11:00 Diperbarui: 31 Agustus 2019   11:15 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakarta Muharram Festival | Sumber gambar : https://news.detik.com

Tahun baru selama ini seringkali diidentikkan dengan tanggal 1 Januari. Riah riuh petasa dan pesta malam tahun baru bergelora di hampir setiap negara, khsusunya kota-kota besar di dunia. Kota metropolitan seperti Jakarta adalah salah satu kota yang menjadi "tuan rumah" penyelenggaraan malam pergantian tahun baru masehi. 

Sebuah fenomena yang sepertinya sangat jauh bertolak belakang dimana euforia malam tahun baru Hijriah tidak diperlakukan sedemikian istimewa. Paling tidak untuk beberapa waktu yang lalu.

Tahun 2019 ini barangkali akan sedikit berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dalam hal peringatan tahun baru Islam yang jatuh tepat malam hari nanti. Sebagaimana penanggalan hijriah, hari baru dimulai selepas matahari tenggelam dan malam menunjukkan wujudnya. 

Dengan kata lain, tanggal 31 Agustus malam adalah malam tahun baru Islam bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1441 Hijriah. Sebuah momen yang menyimpan beragam pelajaran untuk diteladani bahkan tidak hanya untuk umat Islam saja, tetapi juga umat seluruh agama.

Biasanya, malam pergantian tahun baru Islam akan berlangsung sebagaimana malam-malam lainnya yang tenang dan tidak ada sorak sorai apapun. Jikalaupun ada even tertentu, barangkali itu dilakukan oleh Kementerian Agama atau oleh beberapa stasiun televisi tertentu dengan "skala kecil". 

Popularitasnya masih sangat jauh tertinggal dengan peringatan hari-hari besar lain seperti Ramadhan atau Idul Fitri. Apalagi jika dibandingkan dengan euforia tahun baru masehi, maka sudah barang tentu sangat jauh berbeda. 

Mungkin kurang tepat juga membandingkan semarak tahun baru masehi yang penuh hedonisme dengan peringatan tahun baru Hijriah yang lebih menekankan pada kesederhanaan dan semangat instrospeksi diri (muhasabah).  Namun sisi positif yang patut diapresiasi pada semangat tahun baru adalah antusiasme orang-orang dalam menyongsong masa depan yang lebih positif.

Antusiasme ini terlihat dari berbondong-bondongnya kita saat malam menjelang pergantian tahun. Khususnya tahun baru masehi. Sedangkan pergantian tahun baru Hijriah seringkali diabaikan, meski dalam konteks peringatan lainnya. 

Jikalau perayaan malam tahun baru Hijriah idealnya adalah dengan menggelar dzikir akbar, tabligh akbar, atau sejenisnya yang dihadiri ribuan orang, maka selama ini hal itu masih jarang terjadi. Kalaupun ada, masih terbatas pada beberapa tempat tertentu, dan kota metropolitan barangkali tidak masuk kategori tersebut. 

Akan tetapi, pada tahun 2019 ini, semarak pergantian tahun Hijriah sepertinya akan berbeda dari biasanya. Terlebih untuk kota metropolitas seperti Jakarta. Gagasan pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menggelar "Jakarta Muharram" merupakan ide yang merepresentasikan bahwa semangat tahun baru Hijriah itu mulai dipedulikan. 

Ide ini seakan ingin menyuarakan sebuah niatan bahwa bangsa Indonesia harus melihat dan menatap visi baru disisa tahun 2019 ini dan tahun-tahun mendatang. Indonesia harus berhijrah dari konflik antar golongan menuju kedamaian berbangsa dan berbegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun