Â
 Dunia tidak pernah kekurangan sosok teladan dan pemberi inspirasi bagi banyak orang. Tidak sedikit dari sosok-sosok inspiratif tersebut yang kondisinya tidak jauh lebih baik dari kita. Bahkan banyak di antara mereka yang lebih miskin, mendapatkan lebih banyak kesulitan hidup, dan mungkin memiliki kondisi fisik yang lebih terbatas.Â
Salah satu sosok dengan keterbatasan fisik tersebut adalah Nick Vujicic. Seseorang yang mengidap sindrom Tetra Amelia yang mengakibatkan lengan dan kaki tidak berkembang. Sebuah keterbatasan yang mungkin menghadirkan rasa frustasi bagi sebagian orang, namun tidak demikian halnya dengan Nick. Ia justru mampu menjadi seorang motivator hebat yang begitu populer hampir diseluruh dunia.
Â
Membahas perihal seseorang dengan keterbatasan fisik, saya memiliki seorang kerabat dekat atau lebih tepatnya kakak sepupu yang sejak kecil terlahir dengan kondisi fisik tidak sempurna. Beliau terlahir dengan gangguan pada saraf motoriknya. Tubuhnya begitu kaku sehingga membatasi gerak langkahnya. Beliau bernama Muhammad Sholihin dan saya biasa memanggilnya Gus Sholihin.Â
Saat ini beliau tinggal di Desa Balung Kulon, Jember, Jawa Timur. Secara usia beliau lebih muda beberapa tahun dari saya, namun karena beliau adalah putra dari kakak ibu saya maka saya memanggilnya "Gus". Beliau adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya sendiri terlahir normal, hanya Gus Sholihin saja di keluarganya yang terlahir dengan gangguan pada fisiknya.
Sejak kecil mengenal beliau, hampir tidak pernah terlihat kesedihan atau mengutuk nasib atas apa yang terjadi pada dirinya. Ia melihat dirinya secara positif. Mungkin hal ini akibat dari nilai-nilai agama yang kuat ditanamkan oleh keluarga kepadanya.
Saat ini beliau aktif mengajar mengaji anak-anak di kampungnya. Menjadi ustadz seperti impiannya dulu. Beliau melayani dirinya sendiri tanpa berupaya merepotkan orang-orang di sekitar.Â
Keinginannya yang kuat untuk mandiri telah membuatnya mampu untuk melakukan banyak aktivitas sendiri. Sekarang ia sudah bisa mengendarai sepeda motor sendiri, bahkan ia pun mampu membonceng orang lain bersamanya.
Keterbatasan pada dirinya bukanlah dalih untuk menjauh dari Sang Pencipta, malah justru sebaliknya menjadikan semakin dekat dengan-Nya. Terlihat dari dedikasinya untuk mengajarkan ilmu agama kepada orang lain sebagai seorang guru ngaji.
Kekurangan fisiknya bukanlah halangan untuk mengabdi di jalan Allah SWT. Sebagaimana Nick Vujicic yang meskipun fisiknya penuh keterbatasan tapi tetap bersemangat menebarkan energi positif kepada orang lain.
Â
Saya melihat bahwa Gus Sholihin memiliki hasrat yang sama dengan apa yang dimiliki oleh Nick Vujicic. Kekurangan fisik bukanlah batasan untuk bermanfaat bagi orang lain.
Seiring hasratnya untuk menunaikan ajaran agama secara sempurna, ada harapan besar didalam hati Gus Sholihin agar suatu saat nanti bisa pergi ke "Baitullah" untuk berhaji. Mengunjungi rumah Allah SWT dan berziarah ke makam Rasullullah. Namun, harapan besar itu kini masih harus disimpannya terlebih dahulu mengingat keterbatasan ekonominya.Â
Sebagai wujud apresiasi atas kebesaran hati yang ia miliki maka hadiah umroh dari Berlipatnya Berkah Allianz barangkali bisa menjadi pelipur hati atas keinginannya berhaji dan sekaligus menjadi stimulus berharga dalam mengobarkan semangat menebar nilai-nilai kebaikan kepada orang lain. Â
 Â
Salam hangat,
 Agil S HabibÂ
Tulisan ini diikutsertakan juga di landing page berlipatnyaberkah.allianz.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H