Pertanian kita saat ini tengah "sepi peminat". Indikasinya terlihat dari data Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018 dimana dari total 27,7 juta petani terdaftar ternyata lebih didominasi oleh mereka yang berusia 35 tahun keatas. Jika mempertimbangkan rentang usia generasi, maka generasi Y atau milenial yang lahir antara rentang tahun 1981 sampai 1994 (mendekati kelompok usia 25 -34 tahun) hanya berjumlah tidak lebih dari 3 juta jiwa atau sekitar 10,6% saja. Selebihnya didominasi oleh para generasi X dan juga baby boomer. Hal ini sudah cukup menandakan bahwa terjadi kemadekan regenerasi petani di Indonesia.
Akan tetapi tidak sedikit dari para sarjana pertanian yang justru mengambil pekerjaan di bank, bekerja pada lembaga pelayanan publik, tenaga kerja industri, dan sebagainya. Bahkan mereka yang berasal dari keluarga petani pun seringkali tidak menginginkan anak-anaknya menjadi petani. Mereka lebih berharap agar anak-anaknya menjadi karyawan kantoran, menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan sejenisnya. Sehingga tidak mengherankan jumlah petani kita terus berkurang.
Kebanggaan Seorang Petani
Menurut survei Litbang Koran SINDO terkait cita-cita anak Indonesia diperoleh 10 besar profesi paling diidamkan, yaitu dokter (52%), polisi (11%), guru (10%), pilot (7%), tentara (7%), artis (3%), presiden (3%), astronot (3%), pengacara (2%), dan pengusaha (2%) [8]. Sangat jarang diantara mereka yang ketika ditanya menjawab petani sebagai profesi idamannya kelak. Apa sebenarnya yang menyebabkan profesi petani tidak  diminati?
Terkait gengsi (prestise), profesi sebagai petani seringkali dikesankan dengan mereka yang hidup di desa-desa, mereka yang terpinggirkan, dan mereka yang berpenampilan lusuh. Dibandingkan dengan beberapa profesi lain seperti dokter, polisi, guru, pilot, atau presiden maka profesi petani di Indoensia bisa dibilang kalah prestise. Jika profesi dokter kebanyakan berpenampilan rapi dan rumahnya bagus. Polisi atau pilot berpenampilan elegan. Presiden menjadi panutan masyarakat dan fotonya dipajang pada setiap dinding rumah. Lalu bagaimana dengan petani?
Kita umumnya melihat profesi petani sebatas pada tampilan luarnya saja. Padahal jika dilihat lebih seksama petani merupakan sebuah profesi yang luar biasa. Bahkan salah seorang pakar psikologi dunia, Shoshana Zuboff, memanfaatkan pertanian sebagai media terapi psikologis dalam programnya yang dinamakan Odyssey School. Pesertanya bukanlah orang-orang sembarangan, para kaya raya. Mantan Kabareskrim Polri, Susno Duadji, selepas pensiun dari profesinya sebagai polisi lebih memilih untuk menjadi petani. Ken ken, artis yang dulu populer dengan perannya sebagai Wiro Sableng, kini juga beralih profesi menjadi petani. Bahkan "Superman" pun juga pernah hidup sebagai petani. Petani adalah profesi yang membanggakan.
Menggagas Petani Masa Depan
Menjadi petani memberikan kebanggan tersendiri bagi pelakunya. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa aspek gaji (penghasilan) dan gengsi (prestise) masih merupakan primodana bagi sebagian besar orang, khususnya bagi para generasi muda yang obsesinya terhadap finansial dan prestise masih cukup besar. Apabila dua aspek ini mampu diperbaiki, maka bukan tidak mungkin daya tarik sektor ini akan meningkat.