Dalam kehidupan sosial kita saat ini ada beberapa komunitas masyarakat yang memiliki popularitas tertinggi dibandingkan yang lain. Komunitas ini tidak lain adalah dari kalangan kaum hawa, kaum ibu, atau lebih dikenal dengan sebutan kaum emak-emak. Sepintas istilah emak-emak mungkin dianggap terlalu kedaerahan atau "ndeso", meskipun begitu kita harus melihat sisi peranan dari sosok emak-emak tersebut.Â
Kaum emak-emak adalah kalangan yang paling bertanggung jawab dalam membentuk budaya suatu generasi. Karena bagaimanapun juga mereka adalah orang pertama yang memberikan pendidikan kepada setiap generasi baru yang terlahir di dunia ini.Â
Emak-emak secara umum merupakan orang-orang yang paling sibuk didalam rumah tangga, dan barangkali paling pusing memikirkan nasib kepulan asap dapur rumah keluarga. Apabila kita harus menunjuk satu sosok paling berperan dalam membangun peradaban, maka tidak ada yang lebih layak disebut daripada emak-emak.
Kaum emak-emak belakangan ini semakin sering menjadi sorotan dan pusat atensi publik. Terlebih pada masa kampanye yang tengah mencapai puncaknya. Emak-emak adalah sasaran empuk peluncuran program para pemilik kepentingan. Sehingga tidak jarang dari kaum ibu yang ikut berperan aktif di panggung politik. Politik emak-emak. Demikian sebutan yang sering digaungkan. Seakan ingin mengampanyekan bahwa kaum emak-emak bukan lagi pribadi yang hanya bisa "bertugas" didapur saja, tetapi juga bisa mengurus sesuatu yang lebih besar seperti karir, politik atau bahkan negara.Â
Meskipun demikian, peranan utama emak-emak tetap tidak bisa dihilangkan begitu saja, terutama peran dalam mendidik generasi baru yang akan mewarisi masa depan. Terlebih di era serba digital seperti sekarang, emak-emak juga dituntut untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan juga teknologi. Tertinggal dalam hal teknologi informasi ibarat sebuah petaka bagi emak-emak yang memiliki putra atau putri yang memerlukan perhatian atas pendidikan. Sekarang semuanya serba digital.Â
Ketika dahulu tontonan anak hanya terbatas pada saluran televisi, hal itu kini sudah tidak berlaku lagi. Channel dari youtube sudah tidak terhitung lagi jumlahnya dengan tawaran konten beraneka ragam. Keterbelakangan pengetahuan terhadap akses informasi barangkali akan membuat orang tua kehilangan kendali terhadap proses tumbuh kembang buah hatinya.Â
Dalam hal ini kaum emak-emak sayogyanya mengupayakan dirinya untuk melek teknologi informasi dan mengikuti perkembangan yang ada. Meski mungkin tidak semua jenis perkembangan teknologi informasi harus diikuti, tapi setidak-tidaknya aspek-aspek vital informasi seperti mengoperasikan whatsapp, menjalankan jejaring sosial facebook, instagram, twitter, atau mengakses channel video di youtube perlu dikuasai. Minimal kaum emak-emak mengetahui tipe komunikasi dan pergaulan digital seperti apa yang paling mungkin diakses oleh putra putri tercinta.
Emak-emak masa kini bukanlah mereka yang hanya bisa ngrumpi dengan tetangga atau beberes rumah. Di tengah era penuh ketidakpastian dan aliran informasi negatif begitu mudah dijumpai, emak-emak haruslah meningkatkan kualitas peran sebagai sosok orang tua atau pendidik yang mengarahkan generasi selanjutnya kearah positif.Â
Tentu bukanlah langkah bijak apabila kita menyerahkan perkembangan emosi dan kualitas nalar generasi baru nanti ditangan waktu dan zaman. Membiarkan mereka berkembang sendiri adalah langkah penuh ketidakpastian. Syukur apabila hanya akses informasi positif saja yang bertebaran di dunia maya. Kenyataannya informasi negatif terbilang sangat banyak dan cenderung mengkhawatirkan.Â
Emak-emak perlu ada disini sebagai pilar pendidik generasi digital. Sebuah generasi yang tumbuh di tengah-tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi, dimana akses internet bukan lagi sesuatu yang eksklusif bagi setiap orang. Dari para bayi mungil hingga orang tua renta sangat mungkin mendapatkan akses tersebut. Tidakkah kita pernah menjumpai sanak kerabat kita atau barangkali anak kita sendiri yang masih bayi begitu tertarik dengan smartphone? Bukankah mereka akan menangis atau meronta ketika mainan "pintar "mereka itu kita ambil?Â
Apabila emak-emak sebagai orang terdekat membiarkan saja hal ini terjadi begitu saja, maka kita harus siap-siap menghadapi generasi masa depan yang penuh dengan egoisme pribadi, apatis, dan enggan untuk bekerjasama. Teknologi informasi begitu memanjakan kesendirian seseorang. Berlama-lama dalam kesendirian dan berasik ria dengan teknologi informasi seakan sudah biasa.Â