Nilai-nilai yang dibahas adalah tentang berfikir positif, nilai-nilai spiritual, dan keyakinan untuk mengubah diri menjadi manusia yang lebih baik. Apabila cara "keras" kita analogikan dengan cara militer, maka cara "lunak" ini bisa diibaratkan sebagai cara "sufi". Cara yang dilakukan dengan pendekatan seorang sahabat karib yang memberikan kenyamanan kepada sahabatnya untuk merubah kebiasaan buruknya yang lama menjadi kebiasaan baru yang baik.
Dua cara pendekatan ini, keras dan lunak, militer dan sufi, pada dasarnya mengandalkan 1 hal yang sama. Kedisiplinan. Disiplin adalah kunci untuk berubah, kunci untuk membangun budaya. Tanpa adanya kedisiplinan maka cara militer tidak akan berfungsi, dan tanpa kedisiplinan cara sufi pun tidak akan memberikan hasil apa-apa. Sangatlah tidak mungkin sebuah komunitas seperti alcoholic anonymous ini bisa berfungsi efektif apabila orang-orangnya tidak memiliki kedisiplinan untuk menjalankan program ini. Sama halnya dengan cara militer yang memang dengan jelas mendasarkan kedisiplinan sebagai pondasi. Disiplin adalah kuncinya.
Cara militer ataukah cara sufi yang hendak kita pilih dalam rangka mengkreasi suatu budaya di lingkungan kita tergantung preferensi masing-masing. Tidak setiap orang cocok dengan salah satu cara, dan tidak setiap orang juga yang cocok dengan cara lainnya. Akan tetapi semuanya memerlukan proses dan upaya untuk mencoba. Berharap sebuah budaya positif terbentuk tanpa disertai aksi nyata maka hal itu tidak akan berguna. Mungkin efektivitas dari dua cara ini perlu dikaji lebih dalam lagi, akan tetapi setiap pilihan pasti memiliki sisi kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H