Memimpikan sesuatu tanpa memiliki keinginan kuat untuk mewujudkannya sama halnya dengan tidak memiliki impian samasekali. Sebagian dari kita seringkali mengandaikan sesuatu yang baik akan terjadi di hidup kita. Memimpikan kepemilikan bisnis besar nan sukses, memiliki tempat tinggal megah dan mobil mewah, memiliki pasangan hidup yang luar biasa, memiliki karir yang cemerlang, dan lain sebagainya.Â
Dari sekian banyak harapan-harapan didalam hidup kita itu, berapa banyak diantaranya yang benar-benar tertanam begitu kuat di dalam benak kita hingga ia terus terngiang-ngiang dan menjadi obsesi diri yang harus diwujudkan sesegera mungkin? Inilah masalah utama dari orang-orang yang sekadar bermimpi tanpa menghayati kedalaman impiannya sendiri. Sehingga masih begitu banyak keluhan dari orang-orang yang menyatakan bahwa dirinya sudah mengkreasi mimpinya, menuliskan impiannya, atau bahkan mendeklarasikan impiannya itu di depan umum tetapi masih nihil dalam pencapaian.Â
Apakah tidak ada bedanya orang yang memiliki impian dengan yang tidak memiliki impian apabila ternyata masih begitu banyak orang-orang yang menyatakan dirinya sudah bermimpi tapi belum mewujudkan sesuatu apapun dari impiannya? Permasalahannya disini sebenarnya terletak pada minimnya hasrat terhadap suatu impian yang kita miliki.Â
Percuma saja mengatakan kita memiliki impian ini itu, tetapi hal itu sebenarnya hanya dijadikan hiasan mulut semata atau sekadar dijadikan bahan pameran kepada orang lain bahwa kita memiliki impian yang bagus. Jika impian tidak hanya diperlakukan seperti ini maka tentu ia tidak akan memberikan impact positif dalam upaya pengembangan diri kita dimasa mendatang.
Sebuah impian tidak cukup hanya diucapkan, juga tidak cukup kalau hanya ditulis sambil lalu. Impian harus ditanamkan kedalam diri kita, meresap kehati, dan berkembang menjadi sebuah obsesi positif.Â
Keberadaan obsesi akan melahirkan antusiasme tinggi dan semangat menggebu-gebu guna mewujudkan obsesi tersebut. Hal inilah yang sering kita lewatkan. Kita berharap bahwa dengan memiliki impian saja maka ia dengan sendirinya akan menjadi nyata. Padahal tidak seperti itu cara kerjanya.Â
Sebuah impian yang terpatri kuat didalam benak seseorang dan menjadi obsesi positif akan menciptakan energi besar dan dorongan kuat bagi orang tersebut untuk melangkah, bergerak, dan beraksi. Sebagaimana kita pahami bahwa sebuah hasil yang baik akan tercapai apabila kita mengambil aksi nyata, take action. Kekuatan untuk menjalankan aksi nyata inilah yang sebenarnya kita butuhkan dari keberadaan sebuah mimpi. Mimpi yang membangkitkan obsesi positif didalam diri serta memberi dorongan semangat dan kerja keras.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana caranya agar impian yang kita miliki itu bisa menjadi sebuah obsesi? Inilah yang perlu kita pahami bersama bahwa segala sesuatu membutuhkan proses dan tahapan-tahapan yang tidak instan. Terdapat dua hal yang perlu kita lakukan dalam upaya untuk meresapi impian yang kita miliki dan membangun obsesi positif darinya.
1. Memahami yang Kita Mimpikan
Mengetahui apa yang kita mau adalah syarat awal untuk mencapai hasil terbaik. Sangatlah tidak mungkin bagi kita untuk mengharapkan hasil terbaik sedangkan sebenarnya kita tidak tahu apa-apa perihal sesuatu yang kita kerjakan itu. Tahu apa yang kita mau akan membuat langkah kita lebih mudah. Wawasan terhadap impian yang ingin kita wujudkan sangat diperlukan agar kita tidak tersesat dalam melangkah. John Maxwell menyatakan bahwa seseorang yang ingin sukses haruslah memiliki road map to succes. Â
Saya kira kita semua sepakat bahwa kita harus lebih tahu dan lebih memahami perihal impian kita dibandingkan orang lain. Kita seharusnya lebih tahu tentang apa yang kita mau. Bukankah minimnya pengetahuan terhadap sesuatu hal yang mana kita ingin menciptakan sesuatu yang luas biasa didalamnya akan membuat kita terlihat bodoh dihadapan orang lain ? Untuk itu kita harus mendorong diri kita untuk senantiasa belajar dan mencari tahu lebih banyak perihal impian kita tersebut. Jadilah orang paling berpengetahuan terhadap impian yang kita yakini.
Ada banyak cara untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pemahaman kita, diantaranya dengan membaca buku, mendengarkan ceramah, atau melalui sebuah forum diskusi komunitas. Beberapa hal tersebut hendaknya lebih kita berdayakan agar supaya khasanah wawasan kita terus berkembang dari waktu ke waktu.