Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Haji Terencana, Islam Paripurna

29 Desember 2018   12:06 Diperbarui: 29 Desember 2018   12:15 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebaik-baik menjalankan ajaran agama adalah dengan totalitas. Dan sebaik-baik dalam berislam adalah secara kaffah atau menyeluruh. Berislam secara total dengan menjalankan segenap syariat agama yang diperintahan oleh Allah SWT dan yang diajarkan oleh Rasullullah SAW.

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan. Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (Al-Baqarah 2 : 208).

Bagaimana cara kita memaknai berislam secara kaffah itu? Dalam suatu kesempatan, Malaikat Jibril menjumpai Baginda Nabi Muhammad SAW dalam rupa manusia di hadapan para sahabat beliau. Malaikat Jibril berkata kepada Baginda Nabi, "Ya Muhammad. Terangkanlah kepadaku tentang Islam!" Beliau pun menjawab,"Yaitu bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, melaksanakan puasa dibulan Ramadhan, dan menunaikan haji ke baitullah jika kamu mampu mengadakan perjalanan kesana." Inilah nilai mulia Islam yang diajarkan oleh Rasullullah kepada kita.

Kita harus memahami bahwa Islam itu tidak hanya sebatas mengikrarkan syahadat saja. Akan tetapi Islam juga berarti menunaikan sholat, berislam memiliki arti menjalankan puasa, berislam adalah membayar zakat, dan berislam juga bermakna menunaikan ibadah haji. Sehingga apabila kita mendambakan Islam yang kaffah pada diri kita maka itu artinya adalah kita harus berkomitmen penuh dalam menjalankan segenap ajaran syariat yang dalam hal ini adalah menjalankan keseluruhan Rukun Islam.

Derajat kemuliaan seseorang tidaklah diukur melalui jumlah kekayaan yang ia miliki ataupun tingginya jabatan yang dicapai di dunia. Derajat kemuliaan seseorang diukur melalui tingkat ketakwaan yang dimilikinya. Siapa yang lebih bertakwa, maka dialah yang lebih mulia dimata Allah SWT. Dengan kata lain, barangsiapa yang lebih baik dalam menunaikan syariat agama-Nyalah yang memiliki derajat lebih tinggi.

Menjalankan Rukun Islam dengan sempurna tidaklah dipengaruhi oleh tingkat kekayaan ataupun status sosial seseorang. Tidak sedikit orang kaya yang ibadahnya lebih khusyuk, atau lebih berkualitas ibadahnya dibandingkan mereka yang miskin. Tidak jarang orang-orang dari kelas ekonomi bawah yang lebih banyak mengeluarkan zakat ataupun sedekah dibandingkan orang-orang kaya berpenghasilan puluhan juta atau miliaran rupiah. 

Bahkan dalam beberapa kesempatan kita menjumpai seseorang yang bisa menunaikan ibadah haji padahal latar belakang mereka hanyalah tukang becak, buruh tani, atau penjual bubur keliling. Sedangkan sebagian orang dengan penghasilan berkali-kali lipat dari mereka masih belum bisa melakukannya. 

Siapapun kita, apapun latar belakang kita, seperti apapun tingkat kekayaan atau status sosial kita itu semua tidak akan memberikan kontribusi berarti terhadap kuantitas maupun kualitas ibadah kita. Ada hal-hal lain yang jauh lebih penting dari itu.

Keinginan dan Keyakinan

Kesadaran untuk berislam secara kaffah akan melahirkan keinginan kuat untuk berupaya sepenuh hati dalam menjalankan segenap syariat agama. Ketika keinginan yang kuat ini sudah ada didalam benak kita, maka keterbatasan kondisi ekonomi sekalipun tidak akan lagi menjadi penghalang untuk menyempurnakan agamanya.

Dari kelima Rukun Islam yang ada, menunaikan ibadah haji bisa dikatakan sebagai ibadah puncak dari seorang muslim. Ibadah ini tidak hanya menuntut kesiapan jasmani dan ruhani saja, tetapi juga aspek finansial. Memang bukan perkara yang mudah bagi seorang muslim untuk mencapai totalitas keislamannya, namun tidak berarti bahwa hal itu merupakan sesuatu yang mustahil. Kunci pertamanya adalah tekad serta keinginan yang kuat untuk menggapai apa yang dicita-citakan, yaitu berislam secara kaffah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun