Oleh: Muhammad Agil Qolby Wibowo*
Oligarki masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat di daerah banten,terutama di kota tangerang selatan,kota yang baru berdiri pada  29 Oktober 2008 tersebut bisa dibilang kecil kecil cabai rawit,ya tidak lain dan tidak bukan,walau baru berdiri sekitar 12 tahunan,daerah tersebut sudah mengalami kemajuan yang sangat signifikan,bahkan mendapat gelar sebagai kota maju. Salah satu penyebabnya adalah dengan adanya campur tangan dinasti politik yang ada di daerah Banten.
Sebentar lagi kita akan mengadapi kontestasi politik yang bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan dalam suatu pemerintahan tertentu. Politik akan selalu bersanding dengan kekuasaan dan pemerintahan. Seperti kita ketahui, bahwasanya setiap pemilih akan menentukan nasib daerah nya sendiri dalam beberapa tahun kedepan,dengan mendapat pemimpin yang baik,kita akan mendapat tanggung jawab birokrasi yang baik pula agar pemerintahan berjalan dengan baik.
Pemilihan Kepala Daerah yang menjadi agenda  lima tahunan di indonesia ini,ternyata menyimpan banyak tabir misteri, salah satunya yaitu setelah anak nomor satu dan dua di Indonesia Gibran Rakabuming Raka serta Siti Nur Azizah, maju di Pemilihan Kepala Daerah serentak 2020.
Sementara itu, di dalam pilkada Banten pada tahun 2020 ini, terjadi pertempuran seru dari berbagai dinasti politik untuk menjadi nomor satu di tanah jawara ini. Dalam ajang pilkada ini, siapa pun yang mampu memengaruhi masyarakat dengan berbagai janji politiknya dan mendapatkan dukungan terbanyak dalam pemungutan suara, maka ia akan mendapat legitimasi atas kekuasaan di Banten.
Daerah yang mengikuti kompetisi politik di daerah Banten diantaranya : Kota Cilegon, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, dan Kota Tangerang Selatan. Kota Cilegon di dominasi oleh dinasti Aat Syafaat,Kota Tangerang Selatan di dominasi oleh dinasti Ratu Atut Chosiyah ,Kabupaten Pandegelang yang dikuasai oleh dinasti Natakusumah, dan Kabupaten Lebak yang dikuasai oleh dinasti Jayabaya. Keempat dinasti politik tersebut konsisten dalam mengirimkan calon di setiap Pilkada Banten, dan bisa dibilang keempatya selalu menang di daerah-daerah kekuasaannya.
Pada ajang pilkada serentak tahun 2020 ini,muncul tiga dinasti politik yang berusaha mempertahankan kekuasaanya, ada dari dinasti  Natakusumah, yang lagi lagi mencalonkan Irna Narulita, istri dari mantan seorang bupati Pandegelang selama dua periode, Dimyati Natakusumah, Irna Narulita sebagai petahana di Pilkada Pandeglang tahun 2020. Dan dari dinasti  Ratu Atut Chosiyah mempertahankan dua daerah kekuasaannya, yaitu di Kabupaten Serang dan Kota Tangerang Selatan. Pada Pilkada Kabupaten Serang, dinasti Atut mencalonkan Ratu Tatu Chasanah. Ratu Tatu Chasanah yang merupakan adik Atut dia merupakan calon petahana di Pilkada Serang kali ini. Sementara untuk di daerah Kota Tangerang Selatan, dinasti Atut mencalonkan putera dari Ratu Tatu Chasanah yaitu Pilar Saga Ichsan. Kemudian ada dari dinasti Aat Syafaat, mantan Wali Kota Cilegon yang mencalonkan Ati Marliati. Ati Marliati ini merupakan anak Aat dan calon wali kota di Pilkada Kota Cilegon.
Yang menjadi sorotan saya dari beberapa hal diatas adalah, pertempuran skala nasional ikut meramaikan kompetisi politik di Daerah Banten tersebut,khususnya Kota Tangerang Selatan.Yaitu dengan hadirnya seorang calon yang bernama Siti Nur Azizah dari  dinasti K.H. Ma’ruf Amin selaku Wakil Presiden Indonesia yang sekarang.Selain itu hadir juga Rahayu Saraswati, melalui Partai Gerindra, maju menjadi calon wakil wali kota yang berasal dari dinasti tokoh politik nasional, Prabowo Subianto. Serta dari dinasti Ratu Atut Chosiyah mencalonkan Pilar Saga Ichsan yang maju sebagai calon wali kota Tangerang Selatan. Ketiga dinasti tersebut akan bertarung di kontestasi politik daerah tahun 2020 untuk mendapatkan kekuasaan di Kota Tangerang Selatan.
Dinasti politik melahirkan oligarki politik yang yang tidak sehat di lingkungan,dengan tidak adanya regenerasi politik yang baik,kepemimpinan hanya akan dipegang oleh dia yang berasal dari keluarga atau kerabat dekat saja,sedangkan banyak pemuda yang memiliki kualitas menjadi seorang pemimpin yang benar benar bisa bekerja untuk rakyat,mereka selalu tidak memiliki ruang untuk memenangkan kompetisi tersebut. itu politik dinasti akan berakibat kurang baik untuk akuntabilitas birokrasi serta pemerintahan.
Saya selaku penulis melihat fenomena dinasti politik di daerah Banten sebagai sebuah gambaran bahwasanya manusia tidak akan pernah puas akan suatu kekuasaan,siapa pun itu akan selalu mencari celah untuk masuk ke suatu kekuasaaan,karena dengan kekuasaan tersebut mereka dengan mudah mendapat apa yang mereka mau,apapun itu,yang dekat dengan penguasa atau bahkan penguasa nya sendiri,akan sangat mudah mendapat tujuan mereka masing masing,termasuk memperluas bisnis masing-masing yang mereka miliki.
Kesimpulannya, orientasi dari dinasti politik di Banten salah satunya adalah kekuasaan.Dengan adanya orientasi kekuasaan di Banten tersebut banyak melahirakn kondisi dan lingkungan politik yang tidak sehat,yang hanya bisa diperebutkan dan di pertarungkan oleh dinasti tertentu.Pilkada serentak Banten 2020 masih sangat kental dengan politik dinasti yang mementingakan kepentingan sepihak,dan akan berdampak kepada kesejahteraan rakyat lima tahun kedepan.