"Berawal dari" kubuka kulkas di hari itu, yang terlihat hanyalah ruang kosong. tak ada satupun makanan ataupun minuman disana. Kebetulan minggu ini adalah hari libur dan juga tanggal muda, sudah saatnya pergi ke toko sembako dan membeli beberapa kebutuhan pokok disana. Di dekat tempat tinggal saya terdapat sebuah toko sembako yang terbesar di indonesia. Karena sudah sangat terkenal maka, pembelinya pun sangat banyak, sehingga untuk masuk kesana saya harus mengantri untuk mendapatkan sebuah tiket masuk. Ketika saya datang ke toko tersebut, saya bertemu dengan seseorang berumur paruh baya. Walaupun kami tidak saling mengenal, tapi banyak yang kami bicarakan. Beliau menyarankan saya untuk mengantri di loket nomer enam. Menurutnya loket nomer enam adalah yang terbaik, dijaga oleh orang yang cantik, cekatan dan profesional, sehingga cocok untuk melayani pelanggan berkualitas seperti saya. Tak perlu berpikir banyak, maka saya langsung mengantri di loket nomer enam, padahal di sana banyak sekali loket-loket lain. Walaupun di loket yang katanya spesial ini ngantri sepanjang sembilan puluh meter, tapi tidak ada salahnya saya coba. Saya sadar saya berada di antrian terakhir yang sangat panjang, sehingga sudah saya siapkan kesabaran ekstra untuk menunggu giliran saya. Setelah waktu berjalan, dan antrian berkurang satu demi satu. Saya melihat sang penjaga loket nomer enam terlihat mulai kelelahan, saya takut pada saat giliran saya dilayani, ternyata dia butuh istirahat dan menutup loketnya, oleh karena itu saya berinisiatif untuk maju ke depan dan bertanya kepada dia.
"Mba, apakah saya masih bisa mendapat giliran?", tanyaku. "Mas diurutan terakhir ya, wah, sepertinya saya sudah cukup kelelahan dan akan menutup loket ini secepatnya. maaf ya mas." tukasnya.
Oke, mendengar jawaban sang penjaga loket nomer enam, saya langsung melihat loket lain yang masih buka, dan ternyata masih banyak, dan tidak terlalu ngantri panjang. dan saya berfikir, prospek disana pasti akan bagus, dan terlayani dengan sangat baik. Maka saya langsung pindah ke loket sebelah. Waktu berjalan seperti biasa dan antrian pun semakin pendek. Namun tak disangka sama sekali, disaat saya mengantri di loket lain, loket nomer enam tiba-tiba buka lagi, dan apa yang pertama kali penjaga loket tersebut lakukan adalah memanggil saya secara tidak langsung, supaya mengantri lagi di loketnya. Saya masih terngiang dengan kata-kata orang paruh baya tadi katakan, sepertinya apa salahnya saya coba antri lagi di loket nomer enam. Sayapun pindah lagi ke loket nomer enam, berharap banyak saya akan dapat terlayani dengan baik. Namun konsekuensinya saya harus antri lagi di urutan paling belakang. Waktu berjalan seperti biasa, dan antrian pun semakin memendek. Walaupun dia tidak terlihat kelelehan, tapi hati saya mulai meragu, antrian cukup panjang, akankan saya bisa mendapatkan pelayanan dari dia. Saya pun mencoba untuk bertanya lagi.
"Mbak, masih adakah kesempatan buat saya bisa mendapatkan tiket di loket ini?". tanyaku. "Mas masih diurutan terakhir ya, waduh saya belum bisa pastikan mas, oke nanti saya kabari lagi ya.", jawabnya.
Mendengar jawaban sang penjaga loket nomer enam, saya semakin ragu. Seolah-olah saya ini tidak penting, Seolah-olah saya ini hanya cadangan yang hanya ia layani ketika semuanya berjalan lancar. Tidak ada prioritas sama sekali buat saya. tapi apa daya, loket lainnya sudah tutup, tidak ada lagi loket yang buka, ini adalah loket terakhir yang dibuka karena malam mulai larut. baiklah, kita lihat saja jadinya akan seperti apa. Dan seperti yang sudah saya perkirakan, sang penjaga tiba-tiba menutup loketnya tanpa konfirmasi kepada para pengantri. Sudah saya duga, semua akan menjadi seperti ini. Dengan perasaan marah, eneg dan lain sebagainya saya pulang menuju tempat tinggal saya. Sudahlah, lupakan belanja sembako. toh saya masih bisa cari makanan instan sendiri. belanjanya lain kali saja. pesan: orang plin-plan tidak akan pernah mendapatkan apapun, selain penyesalan. dan saya adalah orang paling plin-plan nomer satu di dunia. blog agilnotmild
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H