pencegahan stunting sejak dini yang menitikberatkan pada remaja putri usia 15 sampai 17 tahun. Bersama dengan tim Puskesmas Banjar, mereka berkolaborasi untuk mengadakan edukasi kepada remaja putri yang terindikasi anemia agar paham perihal gejala-gejala, dampak, dan bahaya anemia terhadap risiko stunting di kemudian hari.
Banjar, 18 Agustus 2023 ~ Mahasiswa KKN dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) telah sukses menggelar program sosialisasiSesuai dengan pengertian stunting menurut Perpres No. 72 Tahun 2021 yakni stunting merupakan suatu kondisi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan tinggi dan panjang tubuhnya di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Sementara itu, faktor tidak terpenuhnya gizi sehat tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia pada tubuh manusia yakni diakibatkan oleh adanya defisiensi zat besi sehinggal kadar hemoglobin darah menurun dan menyebabkan pusing, sesak napas, lemas, mudah lelah, dan sulit berkonsentrasi.Â
Dalam serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai masalah anemia dan stunting ini, mahasiswa KKN UPI mengambil langkah proaktif dengan mengkampanyekan konsumsi tablet tambah darah kepada para siswi. Hal ini merupakan salah satu upaya efektif dalam pencegahan anemia dan membantu jalannya penyerapan zat besi oleh tubuh. Menyadari bahwa edukasi tidak hanya sebatas memberikan informasi, para mahasiswa juga memberikan contoh nyata dalam gaya hidup sehat dengan mengenalkan pola makan yang kaya zat besi, protein, dan vitamin yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
Melalui sosialisasi yang diadakan, para peserta diberikan panduan yang komprehensif tentang pentingnya nutrisi dalam fase remaja ini. Makanan seperti daging merah, ikan, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan sereal yang diperkaya zat besi menjadi sorotan dalam edukasi ini. Disadari bahwa gaya hidup juga berperan penting, peserta sosialisasi diberi informasi tentang pentingnya menjalani gaya hidup aktif dan berpartisipasi dalam olahraga teratur. Dengan demikian, pesan pencegahan anemia dan stunting tidak hanya berhenti pada pengetahuan teoritis, tetapi juga mendorong tindakan nyata dan perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam merespons keberhasilan program ini, Budi Kuswandani, S.Sos., M.AP., Kepala Kelurahan Banjar, menyatakan, "Kami bangga melihat semangat dan dedikasi para mahasiswa dalam menjalankan program ini. Langkah mereka bukan hanya sebagai agen perubahan di masyarakat, tetapi juga menjadi teladan bagi generasi muda lainnya."
Terintegrasi dengan inisiatif pemerintah dalam mengatasi masalah stunting dan anemia, program sosialisasi ini menciptakan sinergi antara kalangan akademis dan tenaga medis lapangan. Diharapkan bahwa upaya kolaboratif seperti ini akan terus berkembang dan memberikan dampak positif yang signifikan dalam mengurangi angka stunting dan anemia di masa mendatang.
Harapan besar mengiringi program ini. Remaja putri diharapkan akan semakin sadar akan kebutuhan gizi seimbang dan mengadopsi gaya hidup sehat guna menghindari risiko kesehatan serius di masa depan. Di samping itu, remaja putri juga diharapkan dapat dengan rutin meonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) sebagai bentuk upaya pencegahan dan penanganan anemia saat usia remaja. Melalui kolaborasi antara pemerintah daerah, sekolah, dan tenaga medis, diharapkan insiden anemia dan stunting dapat diatasi secara signifikan di wilayah ini, menciptakan generasi muda yang tangguh dan berdaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H