Mohon tunggu...
Ahmad Khairudin
Ahmad Khairudin Mohon Tunggu... profesional -

Islam, Indonesia, pendidikan, sejarah & Pers. Allahu akbar!!! Merdeka!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Jika Becak Punah?

1 Juni 2014   00:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:53 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Entah mengapa saya berpikir tentang becak. Alat transportasi roda tiga ini sudah saya kenali sejak kecil, maklum kota saya lahir memang cukup banyak becak. Apalagi rumah saya jalan pintas dari stasiun ke terminal bus sebelum beberapa tahun lalu dipindah di pinggir kota. Becak - becak selalu bersliweran di depan rumah.

Saya lupa kapan terakhir kali naik kendaraan buatan cina itu. mungkin sudah setahun tidak naik becak. Tapi tiba - tiba saya merenung waktu berpapasan dengan tukang becak tetangga saya.

Saat saya masih kecil dia memang tampak masih kuat mengayuh becak, tapi waktu terus berlalu. Kini Usia saya sudah 25 tahun. Tetangga saya ini sudah berumur lebih dari 60 tahun, tapi masih berprofesi sama, tukang becak.

Ya, setiap saya perhatikan rata - rata tukang becak sudah berusia diatas 40 tahun. Entah tidak ada regenerasi atau doktrin orang tua kita jaman dulu profesi tukang becak sebagai profesi yang tidak patut dijadikan cita - cita.

Pernah waktu kecil saya main becak becakan pinjam punya tetangga saya itu. Tapi sampai rumah saya justru dimarahi. Saya mencoba memahami, mungkin bapak nggak rela anaknya jadi tukang becak.

Kembali ke becak dan jelang kepunahannya. Saya merasa nasib kendaraan dengan tenaga manusia ini mulai tergusur saat motor jepang mulai membanjiri Indonesia. Ya mungkin sekitar 15 tahun lalu.

Orang mulai berfikir becak tidak semurah kalau beli motor. Pemilik motor bisa kemana saja dan kapan saja.

Itu kadang juga dipengaruhi tukang becak yang nggak ramah. Berdasar pengalaman saja, Pernah beberapa tahun lalu di Surabaya.

Dari stasiun gubeng niatnya naik becak ke tempat tujuan., tawar menawar terjadi dan disepakati 5000 samai tujuan karena memang tidak jauh. Tapi Ternyata tukang becak ini justru ugal - ugalan narik becaknya. Waktu saya minta lebih hati hati pak becak ini malah bilang, " mbayar 5000 kok jek rewel? Dongo ae mugo slamet tekan nggon,".

Mangkel juga sih, tapi apa mau dikata, si tukang becak pasti pengalaman bikin kesel orang. Jadi ngalah aja lah...

Tapi itu masalah personal saja. Faktor lebih besar tentunya teknologi dan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun