Coba anda perhatikan gambar ini. Kotak merah kecil adalah lokasi pabrik PT Semen Indonesia di wilayah kecamatan Gunem, Kab. Rembang Jawa Tengah, dan KOTAK merah BESAR yang dekat warna putih adalah lokasi dimana nantinya tambang akan dilaksanakan.
Gambar ini didapat dari twitter @semenku milik (orang/badan yang mengatasnamkan) PT Semen Indonesia. Besar kemungkinan gambar ini adalah gambar dari buku Amdal. Coba anda perhatikan : Di sekeliling kotak merah ini ada banyak sekali nama Sendang, Belik, Sumber, Sumur. Semuanya itu merupakan kumpulan nama yang ada kaitannya dengan mata air. Ini yang didata oleh pihak PT SI. Sedangkan menurut pihak Jmppk Rembang, data ini terlalu sedikit, masih banyak yang belum disebut.
Baiklah saya tidak ingin menulis tentang berapa banyak data sumber air. Tapi mari kita lihat secara logika. Dalam kotak merah besar disebut tidak ada sumber, belik atau mata air. Jelas sekali ini gak masuk di akal , bisa anda cerna dengan mudah khan? Artinya benar bahwa supaya amdal ini diterima oleh pemerintah, maka dihilangkan data sumber, mata air, belik, sendang dan sumur. Dan ketika diupload photo sanggahan bahwa ada Goa Menggah dengan airnya yang jernih berada di lokasi Merah Besar, maka twitter @semenku tidak berkomentar.
Sekalipun, jika ini benar tidak ada sumber, belik, mata air, maka bagikupun sebetulnya ini masuk akal untuk diperjuangkan, karena memang daerah MERAH BESAR adalah akuifer, tempat penyaringan air untuk wilayah di sekitarnya. Sekarang seandainya sudah tidak ada akuifer lagi, lalu air hujan akan disaring siapa?
Lantas sumber2 ini akan mendapat air dari saringan alami mana?
Terima kasih kepada twitter @semenku yang telah memberikan gambaran gamblang betapa perlunya WATUPUTIH untuk diselamatkan. Sidang PTUN Jateng 18 Desember 2015, semoga memberikan harapan bagi rakyat Rembang dan Blora akan arti pentingnya penyelamatan Watuputih oleh ibu-ibu yang sudah lebih dari 6 bulan mendirikan tenda di tapak pabrik semen.
Semoga, semoga dan semoga Watuputih terselamatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H