Mohon tunggu...
Agid Satrio
Agid Satrio Mohon Tunggu... Penulis - --

Neuron Abu2

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika "Nasionalisme" Malah Dianggap Kampungan

14 Agustus 2018   12:10 Diperbarui: 14 Agustus 2018   12:02 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negeri ini seiring berjalannya waktu semakin juga bertambahnya populasinya di negara ini. Sebuah negara yang memiliki kekayaan alam begitu banyak bahkan sampai diperebutkan oleh bangsa-bangsa luar  pada jaman dulu.

Negeri ini mungkin tak akan pernah lupa dengan 350 tahun ketika belanda mendirikan kekuasaaan dan penjajahaannya di sini atau bahkan selang berapa waktu ketika belanda telah usai datanglah bangsa dari timur asia yaitu jepang yang menapaki kekuasaannya di negeri Indonesia.

Seolah Negeri ini tidak diberikan nafas untuk merdeka oleh para penjajah. Namun itu dulu kala, sekarang negeri yang memiliki populasi terbesar ke 4 di dunia ini telah merdeka dan sebentar lagi usianya menyentuh 73 tahun. Lantas apakah negeri ini benar-benar telah merdeka sepenuhnya ?

Merdeka secara de facto berati negara itu diakui kebedarannya oleh negara-negara lain di dunia. Tetapi merdeka bukan hanya itu saja, secara harfiah kemerdekaan sebuah bangsa juga dilihat dari bagaimana kesejahteraan masyarakatnya untuk hidup damai dan juga tentram dalam berbagai hal.

Dahulu mungkin kemerdekaan negeri ini diperjuangkan oleh para pahlawan dengan cara bersatu dan bersama untuk mengusir penjajah dari negeri ini. Sekarang setelah penjajah telah pergi dan kemerdekaan didapatkan maka perjuangan untuk negeri ini pun berubah. Perjuangan saat ini yaitu membangun negeri ini secara bersama untuk mewujudkan cita-cita yang diharapkan oleh negeri ini. Cita-cita mencapai perekonomian yang lebih baik, jenjang pendidikan yang tinggi, menghilangkan kemiskinan, mencapai taraf hidup yang tinggi bagi bangsanya.

Miris untuk saat ini, masyarakat kita lebih suka untuk konflik dengan bangsanya sendiri memperebutkan kepentingan golongan. Bapak Proklamator bangsa ini,Bung karno pernah berpidato dan mengatakan " Perjuangan ku dan para pahlawan sungguh berat  karena harus bersatu untuk mengusir penjajah, Namun perjuangan mu akan lebih berat wahai generasi penerus bangsa karena kalian harus berjuang melawan bangsamu sendiri".

Arti dari melawan bangsa sendiri yaitu bagaiamana masyarakat kita diberi tantangan untuk membangun negeri dan bersaing dengan negara-negara lain diatas kepentingan bersama dan bukan golonan karena negeri ini dikenal juga dengan banyaknya keberagaman suku yang ada mulai dari sabang sampai merauke belum lagi arus globalisasi dunia yang menuntut setiap negara untuk berubah secara cepat mengikuti zaman agar tidak tertinggal. Sering terlihat akhir-akhir ini di berita konflik-konflik yang terjadi antar suku di negeri ini. Itulah yang dimaksud oleh bung karno, bagaimana mau bersaing dengan negara lain wong bangsa ini masih terus sibuk mengurusi perpecahan bangsanya yang terjadi di negeri ini.

Generasi pemuda penerus bangsa yang harusnya diharapkan bisa menjadi tulang punggung negeri ini di masa depan malah lebih mendewa-dewa kebudayan bangsa barat dan semakin mengikisnya nasionalisme dalam dirinya. Ketika pancasila pun hanya dijadikan simbol semata bukan menjadi ideologi dalam kehidupan, kita lebih suka membaca apa itu arti sosialisme, fasisme, kapitalisme marxisme ataupaun lainnya yang menganggap akan lebih keren jika tahu akan ideologi tersebut.

Negeri ini yang memiliki banyak kebudayaan seolah tak dipedulikan oleh bangsanya, barulah ketika negeri tetangga Malaysia mencoba untuk mengakui beberapa budaya bangsa ini seperti lagu, makanan khas ataupun lainnya kita baru sibuk untuk bersatu dengan bersifat marah dan kesal. Apakah harus terjadi seperti itu baru kita bisa bersatu ?. Orang-orang yang ingin menunjukan sikap nasionalismenya kepada bangsa ini pun malah dicap " kampungan" oleh bangsanya sendiri, lantas bagaimana kita bisa bersatu. Aku pun menjadi teringat dengan kebijakan Soekarno ketika memimpin negeri ini di masa awal kemerdekaan, beliau melarang dengan keras masuknya budaya luar ke Indonesia lewat media ataupun lainnya.

Jika ada yang melanggar hukumannya pun berat yaitu bisa penjara contoh saja band legendaris Indonesia yaitu koes plus yang pernah merasakan suasana jeruji besi karena membawakan lagu-lagu dari band paling terkenal pada masanya saat itu, the beatles. Itu salah satu bukti dari kebijakan beliau, namun bagi Soekarno kebijakannya bukan tanpa alasan beliau menginginkan bangsanya untuk tidak fanatik dengan budaya dari luar Indonesia karena ia berpendapat pada masa-masa awal kemerdekaan pada masa itu bangsa ini harus mempunyai sikap nasionalisme yang tinggi karena memang bangsa Indonesia sudah berdiri sendiri setelah sekian lamanya terjajah. Yang ditakutkan adalah nantinya para penerus bangsa ini lupa akan jasa para pahlawannya sendiri karena terlalu mendewa-dewakan budaya luar.

Kuberi contoh saja sebuah bangsa yang mempunyai jiwa nasionalisme begitu tinggi sampai membuat bangsa lainnya kagum akan budaya mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun