KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3 - Coaching untuk Supervisi Akademik
Oleh: Aghry Wiranata Anugrah, S.Pd., Gr.
Instansi: SMA Fitrah Islamic World Academy
pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional (PSE). Dalam modul ini, saya belajar bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan yang memungkinkan guru menyesuaikan metode pembelajaran dengan kebutuhan individual siswa, sedangkan PSE menekankan pentingnya pengelolaan emosi dan sosial dalam proses pembelajaran. Pengalaman ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana pentingnya menyesuaikan gaya mengajar dengan kondisi siswa, yang memicu perasaan antusias sekaligus tanggung jawab yang besar. Saya merasa bahwa pendekatan coaching telah membantu saya lebih terlibat dalam proses belajar dengan cara mendukung guru-guru untuk menemukan solusi mereka sendiri, alih-alih memberikan jawaban langsung. Salah satu hal yang sudah berjalan baik adalah keterlibatan aktif saya dalam diskusi dan penerapan strategi pembelajaran berdiferensiasi, namun saya menyadari bahwa saya perlu lebih meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif dan memberikan ruang yang lebih besar bagi guru-guru untuk berproses secara mandiri.
Sebagai seorang coach di sekolah, peran saya sangat erat kaitannya denganTerkait kompetensi diri, pengalaman ini mengajarkan saya pentingnya kesabaran dan empati, yang merupakan komponen utama dalam PSE. Saya mulai memikirkan beberapa pertanyaan kritis, seperti bagaimana mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi dengan PSE dalam konteks kelas yang beragam, serta bagaimana membantu guru-guru yang mungkin kesulitan menerapkan pendekatan ini. Wawasan baru yang saya peroleh adalah bahwa coaching tidak hanya membantu dalam aspek akademis, tetapi juga dalam pengelolaan emosi dan keseimbangan mental bagi para guru. Tantangan terbesar di sekolah saya adalah adanya ketidaksiapan sebagian guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi karena dianggap memerlukan waktu dan upaya ekstra. Sebagai solusi, saya berencana untuk menjalankan program coaching berkala yang fokus pada mendukung guru dalam refleksi diri dan penerapan strategi-strategi berdiferensiasi serta PSE, agar mereka lebih siap dan percaya diri dalam mengajar.
Ketika menghubungkan pengalaman ini dengan masa lalu, saya ingat bahwa di tahun-tahun awal mengajar, saya cenderung menerapkan metode pembelajaran yang seragam tanpa mempertimbangkan perbedaan individual siswa. Sekarang, dengan pendekatan yang lebih berdiferensiasi, saya bisa lebih memahami kebutuhan dan tantangan unik setiap siswa. Dalam penerapannya di masa mendatang, saya berencana untuk lebih menggunakan keterampilan coaching, baik dalam membimbing guru maupun siswa, untuk membantu mereka menemukan solusi yang relevan dengan tantangan mereka masing-masing. Keterampilan yang saya pelajari juga sangat terkait dengan konsep pembelajaran lain yang telah saya pelajari dalam modul-modul sebelumnya, seperti pentingnya mendengarkan aktif dan memberikan umpan balik konstruktif. Selain itu, melalui diskusi dengan mentor di luar bahan ajar PGP, saya belajar bahwa membangun hubungan yang kuat dengan siswa dan guru adalah kunci dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Keterampilan coaching menjadi alat yang efektif untuk membantu mengembangkan kompetensi ini dan memastikan bahwa guru-guru merasa didukung dalam pertumbuhan profesional dan pribadi mereka. Sebagai coach dan pemimpin pembelajaran, saya melihat bahwa coaching memberikan kontribusi besar dalam menciptakan iklim belajar yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan semua siswa dan guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H