Mohon tunggu...
Aghi Haryanto
Aghi Haryanto Mohon Tunggu... -

Kalo kenyataan tidak sesuai mimpi, jangan rubah mimpinya tapi rubahlah kenyataannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Untum Menjadi Pemenang Tidak Hanya Diperlukan Keahlian

16 Maret 2012   01:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:59 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah kereta api eksekutif menuju Jakarta, seorang profesor muda kebetulan duduk di samping seorang wanita, muda pula. Setelah saling memperkenalkan diri, ternyata si wanita lebih suka berdiam diri, cuek, seolah menganggap Profesor itu tidak ada di sebelahnya. Akhirnya pak Profesor yang sudah terbiasa ngoceh di depan kelas itu pun merasa bosan, lalu mengajaknya bermain tebak-2an dengan taruhan uang tunai.

"Wah, mana mungkin saya menang. Bapak kan Profesor. Nggak mau ah", jawabnya. Merasa dirinya nggak mungkin kalah, Pofesor menawarkan solusi, "Begini saja supaya adil. Kita bikin taruhan 1 banding 100. Jika anda tidak bisa menjawab pertanyaan saya, anda bayar saya tunai Rp 50.000,- Tapi kalau saya tidak bisa menjawab pertanyaan anda, saya bayar anda tunai Rp 5.000.000,- Setuju?". Wanita itu tampak merenung sebentar, lalu berkata, "Baiklah, setuju".

"Okey, langsung saja kalau begitu. Begini pertanyaan saya: Berapa kilometer selisih antara jarak dari bumi ke bulan dan jarak dari bumi ke matahari?", kata Profesor. Tanpa merasa perlu berpusing-pusing memikirkan jawabannya, si wanita muda itu langsung membuka dompetnya dan menyerahkan uang tunai Rp 50 ribu ke Profesor. "Giliran saya", sambungnya.

"Silahkan", kata Profesor penuh percaya diri.

"Binatang apa yang kalau malam hanya punya tiga kaki, tapi kalau siang punya tujuh kaki? Bapak tidak usah terburu-buru menjawabnya, perjalanan ini masih lama", katanya.

Setelah 2 jam berpikir, dan 20 orang profesor koleganya ditelepon satu per satu untuk dimintai bantuan, akhirnya Profesor itu pun menyerah, "Ini, silahkan hitung dulu, Rp 5 juta tunai", kata Profesor sambil menyerahkan uangnya.

Wanita itu pun menghitung uangnya, lalu diambilnya Rp 50 ribu dan diserahkan ke Profesor. "Kenapa dikembalikan Rp 50 ribu?", tanya Profesor heran.

"Tentu bapak akan bertanya apa jawabannya kan? Nah, kalau bapak dan 20 Profesor teman bapak itu pun nggak bisa jawab, apalagi saya yang SMA saja nggak lulus. Maka sesuai perjanjian, Rp 50 ribu ini untuk bapak", jawab wanita muda itu kalem sambil berdiri, lalu berjalan pindah ke gerbong lain, mengantongi keuntungan Rp 4.900.000,-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun