[caption id="attachment_222973" align="aligncenter" width="604" caption="Lydia Apririasari salah seorang pendiri komunitas ular sioux sedang memberikan pengetahuan tentang ular."][/caption]
Dunia ular adalah dunia lelaki? Umumnya orang berpandangan demikian terutama bagi kaum perempuan. Mereka akan menjerit-jerit ketakutan minimal melarikan diri dan berteriak minta tolong saat kebetulan ada ular nyelonong kedalam rumahnya. Banyak alasan kaum perempuan untuk menghindari ular diantaranya merasa geli, jijik dan memang takut. Entah takut yang dimaksud itu adalah takut digigit, takut karena berbisa sampai takut yang berlebihan tanpa alasan.
Takut terhadap ular ternyata tidak saja dialami kaum perempuan karena ternyata kaum lelaki pun banyak yang takut. Bedanya takut antara kaum perempuan dengan kaum lelaki cukup jauh. Kaum perempuan meski pun takut tetapi tidak akan sampai hati melukai apalagi membunuh ular dibandingkan kaum lelaki. Dalam hal melukai atau membunuh ini kaum lelaki lebih menunjukkan sifat ”superior” nya sedangkan kaum perempuan lebih menunjukkan sifat lemah lembut dan tidak tega.
Seiring dengan perkembangan jaman, ternyata saat ini dunia ular sudah tidak didominasi kaum lelaki. Banyak sudah kaum perempuan yang bukan saja menceburkan diri kedalam dunia perularan tetapi bisa dikatakan tenggelam disana. Bahkan ada seorang perempuan yang mendirikan suatu komunitas ular dimana justru banyak anggotanya dari kaum lelaki. Tentunya ini merupakan suatu prestasi tersendiri bagi para pemerhati dan penyayang ular.
Bagi perempuan, membangun sebuah komunitas penyayang ular tentunya tidak semudah menggerakan bibir ke kiri atau ke kanan. Terutama membuat ular menjadi satwa kesayangan dan patut disayang seperti halnya satwa kucing atau anjing bukanlah sebuah budaya di masyarakat umum. Peran sosial dan penilaian masyarakat turut menentukan keabsahan kaum perempuan memelihara ular. Selain itu tentunya sebagai pendiri komunitas ular dituntut juga untuk memiliki ilmu tentang perularan tersebut. Sebab tanpa memiliki ilmu tentang perularan bukan mustahil terjadi kecelakaan saat sedang memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang ular.
Saat ini memelihara ular bagi kaum perempuan tidak hanya melulu sebagai gaya hidup tetapi sudah mulai menjurus kepada budaya. Karena jika kaum perempuan itu seorang ibu dan kebetulan mempunyai anak perempuan, maka apa yang dilakukan oleh ibu cenderung dilakukan juga oleh anak perempuannya. Dan faktanya, semakin banyak kaum perempuan yang memelihara ular mulai dari ular kecil, ular besar, sampai yang berbahaya dan berbisa. Hal ini membuktikan satu lagi budaya yang berkembang di masyarakat adalah mencoba memberikan penghargaan kepada perempuan bahwa mereka pun bisa masuk kedalam dunia ular yang didominasi kaum lelaki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H