Mohon tunggu...
Agus Hendri
Agus Hendri Mohon Tunggu... Lainnya - Skill in the muisc, planting, class and beyond

Menyatukan kekuatan budaya daratan/pedalaman & lautan/pesisir, mjdi sebuah kekuatan yg mendasar utk semua kalangan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketinggalan Ilmu Itu Kesedihan

21 Januari 2018   15:55 Diperbarui: 21 Januari 2018   16:08 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

2. Latihlah bakat Anda.

Setiap orang diberikan kelebihan dan kekurangan oleh Tuhan, namun tadi kita tidak boleh fokus pada kekurangan. Setiap kita juga diberi karunia yang perlu kita kembangkan dan bagikan pada sesama. Apa yang menggairahkan dan memberi energi pada kita? Apa yang membuat kita ingin berbuat lebih banyak dan menjadi lebih dari orang lain? (kompetisi sehat) Kualitas apa yang bisa dilihat orang sekitar pekerjaan kita? Latihlah kelebihan (bakat) tersebut seperti kami (penulis) juga dalam rangka melatih diri bermanfaat bagi orang lain. 

3. Miliki keberanian untuk tampil beda.

Untuk menjadi hebat, pengalaman orang terdahulu, katanya kita harus berbeda. Berusaha menemukan dan mencoba hal-hal baru. Selalu berbeda dengan orang kebanyakan mungkin membuat beberapa orang tidak nyaman dengan kita, kita dibilang 'lain' orangnya. Kita juga tidak akan bisa menonjol jika pola pikir kita harus sama dan sesuai terus dengan keadaan orang lain. Jangan biarkan orang lain membentuk diri kita. Di situasi seperti inilah kita harus jujur terhadap diri sendiri. Melakukan pekerjaan sesuai passion dan bersikap seperti apa yang kita sukai.

4. Terus berkembang dan belajar.

Bila kita terus tumbuh, hal-hal tak terduga akan kita temui dan dapatkan. Mungkin itu yang disebut rejeki yang terduga. Sudahlah menemukan dan menjalankan kesenangan, dapat rejeki pula. Itulah hebatnya berkembang dan rejeki saling mendukung (belajar itu sampai liang lahat).

5. Mengkritik diri sendiri 

Kita selalu mudah mengkritik orang lain, ada saja salah orang lain di mata kita, tanpa mau mengkritik diri sendiri. Tungau di seberang lautan nampak, gajah dipelupuk mata tak nampak. 

Kritik ke diri sendiri maksudnya adalah selalu ada umpan balik dari apa-apa yang telah kita lakukan (intropeksi). Belajar dari apa yang kita lakukan,  baik itu salah atau benar. Salah dibuang, benar diambil hikmahnya. Tidak pernah merasa puas terhadap pengetahuan dan selalu punya daya kritis ke arah perbaikan dilingkungan kehidupannya. Tak membiarkan orang lain mengurangi semangat peningkatan dirinya. 

Bermula dari kita pendidik yang tidak 'ketinggalan' pengetahuan dan informasi, suka selalu terdepan, sikap itu akan menular pada anak didik kita menjadi tidak suka juga 'ketinggalan'. 

Ketinggalan juga membuat sikap kita permisif. Menerima apa adanya keadaan yang seharusnya sudah jauh berubah. Ini juga yang perlu kita ingatkan pada anak-anak kita bahwa ketinggalan pelajaran itu tidak se remeh-temeh yang kita duga. Ketinggalan sehari sama dengan ketidakpastian. Entah kapan lagi pengetahuan yang tertinggal itu bisa kita dengar ulang, bisa setahun, bisa 2 tahun lagi. Karena itu, pendidikan sejak dulu hingga sekarang mengabsensi muridnya. Absensi murid adalah administrasi pertama guru mengelola pengetahuan siswanya di kelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun