Mohon tunggu...
Ages Nila
Ages Nila Mohon Tunggu... -

Baru belajar. Belajar untuk berani mencoba hal-hal yang positif seperti layaknya Hoby "traveling" mahasiswa dari Jogjakarta :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kebiasaan atau Budaya Kitakah?

14 Maret 2015   20:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:39 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia yang memiliki banyak budaya yang beragam, dari mulia tarianya, pakaian adatnya yang pernah mengalami sedikit konflik dengan Negara tetangga yang mencoba memplagiat baju yang menjadi salah satu harta budaya kita. Tetapi Indonesia sendiri ahkir-ahkir ini menurut pandangan saya dan ini adalah salah satu dari penilaian saya Bangsa kita memiliki kebiasaan yang sering disebut Budayakah? Atau terlalu seringnya kita melakukan itu menjadikan kebiasaan itu menjadi budayakah?

Budaya itu adalah salah satu sikap yang baik dan perlu dicontoh untuk junior atau untuk masyarakat mendatang. Budaya baik dan PATUT di contoh apa bila itu baik dan patut di contoh. Tetapi Indonesia sekarang sudah tidak segreget ketika seperti jaman dahulu. Dimasa orang tua saya jaman doelo ketika sekolah itu harus ditempuh dengan jarak yang jauh. Dengan pakaian yang tidak harus mengikuti tren masa kini, sekolah dengan tidak harus memiliki fasilitas yang terlalu mencukupi. Mereka mempunyai semangat yang luar biasa, semangat yang tidak bias di patahkan dengan jarak, dengan fasilitas dengan tren pakaian masa kini.

Melihat hal-hal pada waktu orang tua kita bersekolah bisakah kita bercermin untuk masa sekolah kita zaman sekarang? Saya beropini bahwa anak sekolah yang berniat sunguh-sunguh hanya 30% dikelasnya. Ini saya alami ketika saya sekarang duduk di bangku perkuliahan. Disini saya banyak melihat anak-anak yang benar-benar masuk dalam bangku kuliah walaupun iya mungkin ini bukan sekolah negri yang bernama tetapi anak-anak sekarang terbiasa dengan budaya cuek. Tanpa melihat sebagaimana pusingnya orang tua mencari biaya untuk kita sekolah? Seberapa banyak doa yang dipanjatkan setiap malam untuk kita. Sekolah anak-anak sekarang sudah tertutup dengan kata cuek. Entah ini adalah suatu kebiasaan atau sudah menjadi budaya kah?? Cuek atau apatis adalah salah satu penyakit mahasiswa kebanyak zaman sekarang. Berangkat terlambat, suka membolos, mengerjakan tugas dengan copypaste, jam kuliah hanya untuk ajang pamer gadget atau apapun secara sadar atau tidak sadar kita sudah kehilangan apa yang menjadi cita-cita dan doa untuk orang tua kita. Jadikan masa muda kita menjadi orang yang kritis. Orang yang selalu memfilter apa yang kita dengar dan tau. Jangan menerapkan sikap yang secara kita tidak sadari menjadi penghalang untuk masa depan kita. Mungkin sekrang kita belum merasakan apa yang menjadi dampaknya tetapi lambat laun kita akan merasaknya.

Menjadi orang yang kaya ilmu dan wawasan memang tidak salah, dan tidak ada ruginya sama sekali untuk kita tetapi menyadari dan selalu berkoreksi tentang apa yang kita lakukan adalah salah satu cara agar kita bias hidup dengan berkualitas. Menunda-nuda bahkan membiarkan hal kecil yang terjadi dalam hidup kita itu akan membiarkan kita memupuk sikap apatis atau cuek. Jangan hanya menjadi seorang yang kaya sendiri tetapi jadikan hidup kita berkualitas untuk orang lain.

Hal-hal atau budaya yang buruk kalau kita sadari tidak hanya berada dalam masyarakat atau ruang lingkup kita saja, saya tidak berkomentar tetapi saya hanya salah satu masyarakat yang begitu dan saya juga berusaha berubah untuk diri saya sendiri dan mencoba untuk menyadarkan masyarakat untuk tidak berbudaya malas dan aptis setelah saya bisa mengubah diri saya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun