Mohon tunggu...
Ageng Zaya Awal Lando
Ageng Zaya Awal Lando Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar/mahasiswa

Seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kritik: Memahami Perbedaan Antara Politik Identitas dan Politik Praktis dalam Konteks Generasi Muda Indonesia Menuju SDGs 2030

13 November 2023   11:49 Diperbarui: 13 November 2023   12:24 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Ageng Zaya Awal Lando

Generasi muda Indonesia dapat menggali pemahaman lebih dalam terkait perbedaan antara politik identitas dan politik praktis dengan meningkatkan tingkat literasi politik kita. Penting bagi kita untuk mengakui bahwa politik identitas lebih cenderung menitikberatkan pada afiliasi kelompok berdasarkan faktor tertentu, sementara politik praktis menyoroti partisipasi aktif dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan.

Dalam kerangka SDGS 2030, generasi muda perlu memahami bahwa politik praktis melibatkan kontribusi nyata dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Ini mencakup dukungan terhadap kebijakan yang memiliki dampak positif terhadap isu-isu lingkungan, ketidaksetaraan, dan kemiskinan. Membedakan antara keduanya memerlukan sikap kritis terhadap informasi dan pemahaman yang mendalam tentang isu-isu kebijakan. Pendidikan politik, diskusi terbuka, dan pengalaman praktis dapat menjadi alat yang efektif untuk membantu generasi muda mengenali kepentingan fokus pada solusi konkret daripada hanya mempertahankan afiliasi kelompok. Sebagai pionir perubahan, generasi muda memiliki kapasitas untuk membawa dampak positif dalam merealisasikan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGS). Peran utama kita dalam merancang dan menjalankan kebijakan berkelanjutan menjadi fondasi krusial untuk mendorong transformasi menuju masyarakat yang adil dan ramah lingkungan.

Melalui partisipasi aktif, generasi muda dapat mengemukakan aspirasi kita di berbagai forum kebijakan, seja melalui keterlibatan dalam organisasi non-pemerintah, kelompok advokasi, atau lembaga pemerintah. Keterlibatan ini memberikan kita kesempatan langsung untuk berperan dalam pengambilan keputusan, memastikan bahwa perspektif kita dihargai dan diterapkan dalam kebijakan.

Selain itu, melalui kampanye advokasi, generasi muda dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai isu-isu SDGS. Dengan melancarkan kampanye yang informatif dan menginspirasi, kita mendorong dukungan publik terhadap kebijakan yang mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, menciptakan dorongan positif untuk perubahan. Daya tarik khusus generasi muda terletak pada inovasi. Pendekatan inovatif kita terhadap masalah sosial dan lingkungan dapat menghasilkan solusi kreatif dan berkelanjutan. Kewirausahaan sosial atau proyek inovatif menjadi wadah bagi kita untuk menciptakan dampak positif dalam masyarakat. Pendidikan dan penelitian juga memegang peranan penting dalam memberdayakan generasi muda. Dengan meningkatkan literasi tentang SDGS dan isu-isu keberlanjutan, kita dapat menjadi advokat informasi yang akurat dan memiliki pemahaman mendalam tentang tantangan yang dihadapi oleh masyarakat global. Terakhir, kolaborasi antar-generasi menjadi unsur kritis dalam membangun kebijakan yang bersifat holistik dan berkelanjutan. Melalui dialog dan kerja sama dengan generasi yang lebih tua, generasi muda dapat menggabungkan beragam pengalaman dan pemahaman, menciptakan kebijakan yang memperhatikan kepentingan seluruh masyarakat. Sebagai kesimpulan, generasi muda terbukti memegang peran kunci dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, memberikan dampak positif yang tidak hanya terasa pada masa kini, melainkan juga menciptakan fondasi yang kokoh bagi masa depan masyarakat dan lingkungan.

Melalui kebijakan politik yang kita gagas, generasi muda memiliki kapasitas untuk menciptakan dampak positif yang signifikan dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGS) 2030, dengan menggabungkan inovasi, partisipasi inklusif, peningkatan kesadaran melalui pendidikan dan kampanye, penekanan pada kesetaraan gender, inklusi sosial, dan perlindungan hak asasi manusia, serta fokus yang tinggi pada keberlanjutan lingkungan; hal ini mencerminkan komitmen kita terhadap nilai-nilai keberlanjutan dan upaya mencapai dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan.

Generasi muda memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang nyata dalam mengatasi tantangan perubahan iklim, ketidaksetaraan, dan ketahanan pangan melalui langkah-langkah seperti memulai proyek lingkungan, menggelar kampanye pendidikan dan kesadaran, mendukung pemberdayaan komunitas, menginvestasikan sumber daya dalam energi terbarukan, berperan dalam aksi anti-diskriminasi dan inklusivitas, merancang program ketahanan pangan, dan aktif berpartisipasi dalam organisasi internasional seperti PBB dan lembaga non-pemerintah.

Dalam perancangan kebijakan yang mempertimbangkan risiko politik identitas, generasi muda dapat mengambil langkah-langkah seperti terlibat dalam dialog dan partisipasi masyarakat, menyusun strategi komunikasi yang inklusif, meningkatkan literasi politik melalui pendidikan politik, melibatkan berbagai pihak antar-sektoral, melakukan penelitian dampak sosial, dan membangun narasi kesepahaman bersama, dengan tujuan menciptakan kebijakan yang responsif, mengurangi potensi polarisasi, dan mendorong inklusi dalam masyarakat.

Generasi muda memiliki potensi menjadi agen perubahan yang efektif dalam mencapai SDGS 2030 dengan mengusung pendekatan politik yang praktis, sambil menjaga kewaspadaan terhadap potensi risiko politik identitas. Langkah-langkah konkret, seperti peningkatan literasi politik dengan fokus pada nilai-nilai keberlanjutan dan kebijakan mendukung SDGS, serta aktif berpartisipasi dalam kegiatan partisipatif, memungkinkan kita memperluas pengaruh  dalam perumusan kebijakan. Generasi muda juga dapat memainkan peran penting dalam mendorong kebijakan yang didasarkan pada bukti dan fakta, mengatasi kesenjangan antar-generasi dengan bekerja sama dengan generasi yang lebih tua untuk mendapatkan wawasan dan dukungan. Selain itu, kita dapat mencari keseimbangan yang tepat antara kebijakan praktis dan nilai-nilai keberlanjutan. Melalui dialog antar-kelompok, generasi muda menciptakan ruang untuk memahami dan menghargai perspektif beragam dalam masyarakat.

Responsivitas terhadap perubahan dan tanggapan masyarakat terhadap kebijakan menjadi kunci, dengan kesiapan untuk menyesuaikan strategi jika terdeteksi indikasi risiko politik identitas. Dengan demikian, peran generasi muda tidak hanya sebagai motor perubahan, tetapi juga sebagai penjamin bahwa upaya kita semua menuju SDGS 2030 mencakup pertimbangan mendalam terhadap risiko politik identitas, sehingga menciptakan dampak positif yang berkelanjutan dan inklusif dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun