Sebuah meja rias kayu berada ditengah ruang tidur gadis berjilbab. Meja kayu jati tua itu terhiaskan ukiran motif Jepara. Warisan dari Ibunya. Ditengah meja terdapat cermin besar yang menjulang terhiasi motif yang diperngaruhi oleh motif Majapahit itu. Dimeja tertata rapi peralatan kecantikannya. Kini tak banyak peralatan kecantikanya seperti 2 bulan yang lalu, hanya separuh dari meja yang tersisa sekarang. Separuh meja rias bercerminnya, tertumpuk buku-buku islami yang juga tertata dengan rapi. Paling atas tumpukan buku itu terlihat selembar kertas yang tertulis ringkasan-ringkasan tentang apa yang dibacanya malam tadi.
Suara Takbir membuat gadis berjilbab itu tertegun lama didepan cermin meja riasnya. Sambil memandang wajah yang kini terpigura oleh jilbab sederhananya. Memandang simetri wajahnya. Lama memandang hingga dia berkata apa yang ada didalam hatinya, ikut tercurahkan. Hingga kini apa yang mereka cibirkan pada perubahannya, membuat dia bertanya dalam hati. Apakah ada yang salah dengan dirinya?
" Kini aku berjilbab, apa yang salah?"
" Kau hanya memakai penutup rambut tak lebih."
" Setidaknya aku menutup Auratku?"
" Tapi rasa malumu engkau kemanakan, adakah ?"
Gadis itu menjawab pertanyaannya sediri dalam hati.
" Apakah kau berlindung dengan berjilbab? dari apa?"
" Dari teman-temanmu?"
" Ikut-ikutan atau dari hati?"
Gadis itu kemudian menundukan kepala dan bersandar pada kedua tangannya yang disilangkan.