Mohon tunggu...
Ageng Rikhmawan
Ageng Rikhmawan Mohon Tunggu... lainnya -

"Karena Teknologi yang berfilosofi dan berseni adalah Tempe Indonesia."

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[ FSC ] Trilogi Surat Cinta : Kamu, Aku dan Lampu ( Bagian Pertama : Aku )

13 Agustus 2011   17:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:49 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bagi yang punya "bandwith berlebih" , saya rekomendasikan liat video saya dahulu. :-)

Untuk : Wanitya Dindya Wanityadindya@kompasiana.com

subyek : Bagaimana kabarmu ?

Salam hangat untuk sebuah nama di pelipis dunia. Untuk Wanitya Dindya di Kiev Ukraina.

Bagaimana kabarmu Dindya?. Aku harap engkau menjadi wanitya luar biasa dinegeri sana. Ingatkah saat engkau bersikeras untuk kuliah disana?. Mungkin orang terdekatmu mulai menafikan citamu itu. Namun tidak untukku. Aku masih ingat jelas dimatamu akan sebuah tekad yang tak mungkin aku tak membantu untuk menerbangkannya.

Kau bergegas menghampiriku dengan membawa lembaran informasi saat kita mengembalikan Toga S1. Kau tahu celahku Dindya, saat itu kita sama-sama mempunyai idealis yang besar. Dan kau tahu pula bahwa aku menginginkan hal yang sama. Kita ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Namun lebih dari itu. Pandanganmu kala menjelaskan jalan panjang menuju impian itu, yang mengiyakan hatiku untuk turut serta membantumu. Untukmu dan citamu. Bukan untukku dan Idealisme yang perlahan-lahan mulai kubuang.

Dengan tekad besar kita ke Jakarta. Dan ternyata kau sudah mempersiapkan semua dengan sangat baik. Aku gagal pada test awal dan engkau melaju sempurna hingga test akhir. Itu saja sudah membuatku bahagia dan membenarkan tekad awal untuk menemanimu di Jakarta. Hingga aku menanyakan kegundahanku tentang hubungan kita dipintu gerbang kedutaan, saat kita kepagian mengurus visa. Kau dengan sempurna kembali meyakinkanku untuk mempertahankan hubungan kita.

Sesampai dibandara, hari dimana kita saling menguatkan hati. itu adalah waktu yang sama untukku mematikan idealisme-idealisme itu. Terbangnya pesawat dari penglihatanku. Aku sudah tenang akan apa yang terjadi dimasa depan. Tentang hal baik untukmu dan hal buruk untukku.

Dindya, mungkin sudah beberapa kali aku mengirim email untukmu Tapi mungkin belum cukup beruntung untukku menerima balasan darimu. Hingga keputusasaan. Ah... seharusnya sebagai pria aku tak berputus asa. Aku gagal memberikan gambaran besar tentang kebahagianku di Indonesia melalui kata-kata pada email-email terdahulu.

Kini aku harus memberikan kabar tentang ini. Aku harap engkau membaca berkas yang aku sisipkan. Mohon maaf jika aku memberikan pujian-pujian yang menyakitkan perasaanmu, ataupun celaan kepadamu yang kuharapkan bisa memperbaiki sesuatu tentang kita.

Salam hangat dimusim penghujan di Indonesia.

Priyo Kakandra

Berkas : Undangan Pernikahan Priyo Kakandra.png

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun