Mohon tunggu...
Ageng Rikhmawan
Ageng Rikhmawan Mohon Tunggu... lainnya -

"Karena Teknologi yang berfilosofi dan berseni adalah Tempe Indonesia."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[My 1st Science Fiction ] M.O.U.S.E.

23 Oktober 2011   19:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:35 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

M.O.U.S.E

Tangan kananku masih memegang Solder. Penat pikiran, mataku perih dan tangan teramat pegal. Melihat sebentar meja peralatan didepan. Solder panas itu kukembalikan pada dudukannya. Memejam mata perlahan, meluruskan tangan dan memutar kepala. Semua pemanasan dalam olahraga kulakukan. Agar peredaran darah mengalir lancar kembali. Kulihat lagi perkakas apapun disamping dudukan solder membentuk miniatur kota macet. Benar juga kata pepatah, pola pikir seseorang dapat dilihat dari meja kerjanya.

"Ah payah" kuusap keringat dimuka.

Fokus sekarang berada ditengah meja. Sudah tiga jam aku menunggunya untuk bangun. Seekor tikus putih tergeletak diam terkena bius. Dikepalanya kupasang kamera dengan wireless transmiter data sehingga bisa dipantau lewat internet. Aku tak menyakiti tikus ini. Hanya menempatkan alat tersebut dihelm kecil agar bisa ia kenakan. Bahasa awamnya, aku membuat mata ketiga dari tikus putih. Agar aku bisa melihat apa yang ia lihat. Diamanpun ia berada. Kuprediksi kurang lebih 16 hari Kamera akan beroperasi. Dimana pun sampai baterai 9 volt rangkaian ini habis. Diujung duniakah ?. Sepertinya tak mungkin.

Aku merelakan sisa uang hadiah Juara perlombaan Robot SMK Tingkat Nasional untuk membuat proyek kecil ini. Hal sepele dari pelarian mencari ide rangkaian elektronika, sebuah sistem listrik tanpa kabel. Aku ingin membuat sistem listrik perumahan tanpa kabel. Walau sudah pernah ditemukan, tapi perlu pembenahan agar bisa diterapkan. Atau akan menyederhanakannya menjadi Charger HP wireless?. Hingga tak perlu ada kabel untuk mengisi baterai Handphone. Aku tak ingin ide sesederhana itu.

“Ah cemen“ kusentuh-sentuh tikus putih agar terbangun.

Jika menemukan jawaban persoalan ini. Aku akan mengirimkannya mengikuti Lomba Rekayasa Teknologi SMK tingkat Nasional. Dan jika juara, aku akan mendapatkan beasiswa melanjutkan kuliah sampai S3, kemanapun di negara yang aku inginkan. Aku ingin kuliah ke Jerman. Semoga diriku sama seperti si tikus ini nantinya, kemanapun ia mau. Ia akan pergi.

Tangan dan kaki tikus masih terjepit pada kayu kecil. Pada alasnya terdapat potongan handuk bekas. Aku memandang jam dilaptop. Kupastikan 2 menit lagi tikus akan tersadar. Aku mencoba gambar kamera tikus dari laptop. Tepat. Oleskan sedikit lem agar tambahan kuat merekatkan kamera dengan helm kecil. Gambar 1.3 MP ini akan mengiringiku bersenang-senang mencari sebuah ide. Ya… tujuanku bersenang-senang dengan teknologi.

Tiba waktunya. Terakhir kucoba perekam suara pada tikus dan mengecek hasilnya. Aku mulai merekamnya dengan laptop. Mulai bersuara pelan kemudian keras. Dari dekat lalu menjauh.

"Cek... Cek… Sempurna ini. Perfect".

***

Lorong demi lorong terlihat dari kamera. Sesekali tikus itu diam istirahat untuk kemudian melanjutkan kembali lariannya. Namun tetap saja lorong-lorong gelap masih terpantau. Ternyata sudut pandang seekor tikus itu monoton. Tidak ada yang menarik satu jam ini. Kulihat koordinat tikus itu sekarang, dia berada 10 Meter dari blok rumahku. Utara rumah. Ini tak menyenangkan. Inspirasi itu tak datang.

“ Emang perlu kamera yang lebih tajam lagi “ jawabku untuk mengusir kepenatan.

Lalu aku memperhatikan Mouse Laptop bergambar tokoh animasi Little Stuart. Hadiah dari teman. Film dan Mouse laptop itu menginspirasiku membuat proyek usil ini. Tikus putih pintar, semoga saja, harapan terakhir aku dalam menggantungkan inspirasi ini dapat berhasil. Sambil tanganku mempermainkan maju mundur Mouse laptop itu, aku kemudian diam. Penat merubuhkan lagi. Akhirnya aku duduk dan menyerah dengan kepala bersandar pada kursi. Tak sadar aku tertidur.

***

“ Plak. Kraaak. Meaung…” suara keras membangunkanku. Jam berapa ini?. Sudah 2 jam tertidur. Aku melihat dilaptop kembali.

“ Ngapain larinya kenceng banget? “ gumamku.

“ Kucing?! haha “ aku tertawa. Jelas terlihat di laptop ada kucing belang dibelakang mengejarnya. Kucing belang itu sepertinya kucing kampung yang sedang rakus-rakusnya. Ia berlari mengejar dengan penuh semangat.

Mereka sepertinya kejar-kejaran diatap perumahan. Karena terlihat genting rumah, kabel listrik dan saluran air. Koordinat sekarang 100 Meter dari rumahku. Cukup jauh. Tapi melenceng kebarat sejak terakhir kupantau tadi.

“ Ayo tikus putih tunjukkan kepintaranmu, larilah dari kucing. Lari kenceng “ menyemangati tikus. Aku yakin suaraku tak didengarnya. Tapi dengan aku menyemangatinya, aku tak berpihak jika si tikus harus tertangkap kucing.

Lalu pada atap rumah berwarna biru. Rupanya Tikus putih kelelahan. Karena hampir berulang kali langkah kakinya akan tertangkap. Dengan membuat geraka Zig-zag, tipuan berulang untuk meladeni si Belang.

“ Praak.. Klek. Ah rusak GPSnya “ lesatan mataku langsung kemonitor. Koordinat tikus itu hilang. Tak ada titik kedip seperti biasanya. Tetapi kamera dan perekam suara masih berfungsi. Dia menabrakkan helm itu dicelah saluran air. Untung saja.

Kini ia sendirian berlari. Karena celah terakhir saluran air itu tak muat si Belang untuk masuk. Merdeka ia kini. Ditikungan terakhir tikus diam sebentar. Rupanya ia melepas kelelahan. Terlihat gambar disana hanya ada sarang laba-laba. Entah tempat apa ini.

Ku lihat lagi, alat itu terlontar, “ Hah?. Si Tikus bisa nglepasin kameranya? “. Nampak digambar berputar-putar tak karuan dan akhirnya diam. Mungkin karena larinya terhambat, pikirku. Hingga ia memaksa melepas helm.

Simpulanku sekarang, “ tikus lebih cerdik dari kucing belang dan gue “.

***

Tanpa koordinat, aku tak bisa menebak dengan pasti dimana ia sekarang. Kini alat itu menghadap kesebuah ruangan kecil. Bisa kulihat gambar dilaptop, ruangan kerja seperti punyaku. Dimejanya tertata rapi semua peralatan. Dipojok meja terdapat Boneka Minnie Mouse. Ini adalah ruangan seorang cewek. Aku percaya itu. Karena dinding belakangnya terdapat poster Ronaldo dan Super Junior.

“ Ini rumah siapa ya?. Sepertinya kenal “ heran.

Di samping poster Ronaldo, terdapat gambar sebuah skema rangkaian elektronika. Penasaran. Aku coba untuk memperjelas gambar dengan menambah fokusnya. Kumaksimalkan fokus itu lagi.

“ Wireless Electricity “ terlihat jelas tulisan diatas kertas.

Judul itu dan rangkaian itu?. Aku tak percaya. Itu rangkaian yang aku cari-cari. Kini diluar dugaan. Aku bukan hanya menemukan inspirasi tetapi juga menemukan formula tepat. Formula tambahan rangkaian elektronika agar bisa mengefisienkan keseluruhan ssstem. Bagaimana ia bisa membuat itu?.

Kuperiksa lagi, “ rangkaiannya benar ”.

“ Siapa itu ? “ gumamku.

Terdengar suara pintu dibuka. Ternyata perkiraanku benar. Gadis berambut panjang itu kemudian masuk kedalam ruangannya. Menyanyikan lagu dengan pelan. Sesekali berdendang berputar. Sepertinya hatinya sedang senang. Ia kemudian melihat dengan serius skema rangkaian listrik disamping Ronaldo. Lalu ia berputar lagi dan kini duduk dimeja kerjanya. Wajahnya kemudian jelas terlihat.

“ Itu… itu… Dina “ aku kaget.

Dina adalah teman sekelasku. Rumahnya 500 meter dari rumahku. Dia rangking 2 dan aku rangking 1. Untuk seorang gadis yang bisa bertahan di kelas Elektronika Industri SMK favorit kota, adalah hal luar biasa. Itu kata semangat dari Guru Robotika untuk menyemangatinya. Saat ia tahu ia menjadi yang kedua dikelas. Rival abadiku itu sepertinya mengunakan cara-cara tidak baik. Apa salahku?.

“ Ia mencuri ideku! “ marah sambil mengenggam Mouse Laptop. Aku akan menelponnya.

***

Dina membuka pintu ruangan kerja. Masuk dengan berdendang kecil. Dalam hati ia seperti bernyanyi dan berdendang pada sebuah panggung dengan penonton satu orang saja. Walau hanya satu orang. Itu sudah seperti banyak orang baginya. Ini adalah akhir pekan begitu indah. Ia bersemangat. Semangat itu karena ia akan menyelesaikan proyek Lomba Rekayasa Teknologi. Ia tidak ingin melanjutkan kuliah diluar negeri. Satu-satunya yang ia inginkan adalah ia akan mengalahkan Ikrar.

Ia kemudian memandang Gambar skema disamping pesepakbola kesukaannya. Gambar itu ia tempelkan setelah semalam begadang untuk menyelesaikannya. Membuat seperti ini adalah hal yang bisa ia lakukan. Semestinya. Entah kenapa menyelesaikan ini sangat mudah baginya. Bayang-bayang Ikrar mungkin penyebabnya. Rasa mengalahkan itu seperti akan abadi untuk membangkitkan semangat berkompetisi selanjutnya.

Handphone Dina bergetar. Ia sengaja Mengecilkan suara dering. Untuk mengevaluasi sekali lagi skemanya. Ia mengacuhkannya. Tapi setelah terdengar berulang-ulang nada pelan telpon genggam miliknya itu. Mungkin ada yang penting. Ia mengangkatnya.

“Ngapain si Kacamata nelpon siang-siang gini? Hallo, kacamata, da apa nih? “.

“Jangan panggil aku kacamata. Dasar Mini Mouse!“ mini mouse adalah sebutan dia dikelas.

“Iya. Ada apa Ikrar? “.

“Kamu mau ikut Lomba Rekayasa Teknologi nggak?”

“Hm… Iya. Aku ikut. Lha emang ngapain?”.

“Judul karyamu apa?“.

“Listrik tanpa Kabel. Emang ada apa?“ tegas Dina berbicara.

“Hah? beneran kan!. Kamu nggak baca pengumuman di Mading ya?. Aku kan dah ngajuin judul itu. Judulnya itu punyaku dasar plagiat!“.

“Lha terus ngapain?“.

“Kamu tuh sudah nyuri ideku. Malah tanya ngapain!“.

“Emang kamu dah bisa buat tuh rangkaian?. Emang sudah jadi?“.

“Ehm… sudah 60%. Nggak seperti rangkaian disamping Ronaldo mu itu sih“ jawab Ikrar kikuk.

“Apa ?. Ronaldo?. Kamu tahu deket Ronaldo dari siapa ?.Kamu ngintip ya?. Kamu ngintipin kamarku ya?. Dasar kacamata otak mesum!!“.

“E… bukan bukan gitu Din. E… aku nggak sengaja kok“.

“Kamu bener ngintip kamarku?. Dasar lu cowok mesum Krar. Lagian kamu tuh belum ada 30% jadinya. Ngakunya 60%. Cowok apaan kamu!!“.

Dina membanting telponnya. Gila tuh anak, “ dia membuat alat nih pastinya untuk mengintipku”.

Segera ia membuka laptopnya dan menghidupkan Alat Pengacak Sinyal, agar semua frekuensi pemancar diseluruh rumahnya menjadi kacau. Lalu ia membuka radar untuk mencari alat yang memancarkan frekuensi itu. Melihat diradar, terlihat berkedip, itu tanda ada rangkaian elektronik memancarkan sinyal. Ia kemudian menghitung dimana sekarang alat itu. Kemudian ia berbalik memandang arah.

“Puzzle! Ketemu!“ ia memanjat dengan kursi. Girang lagi hatinya. Menemukan helm kecil dengan kamera dan perekam suara. Di atas almari besar ruangannya. Ia mengamati dan memikirkan bagaimana ia bisa sampai disana.

“ Mouse Camera?!!. Smart Boy. I Love Him “.

***

“Sial… Sial… udah ideku dicuri. Ketahuan ngintip lagi“ terlihat gambar bintik semut dan suara gemerisik dilaptop. Tanda bahwa tidak ada komunikasi sinyal dengan helm tikusnya.

“Mini Mouse nemuin Kameraku. Kacau nih kalau dia nglaporin guru atau nyokap, gimana nih?“ gugup.

“Arkhh…. Dia kok tahu aku baru nyelesaiin 30 % ?“.

Aku diam. Otakku harus diperas sekali lagi. Kali ini dengan sisa-sisa semangat aku akan melogika kemungkinan. Darimana Dina tahu bahwa aku baru menyelesaikan rangkaian itu kurang dari 30 %?. Mata kupejamkan, aku berpihak besama keheningan untuk mulai memikirkan. Logika satu, tak mungkin. Logika dua, juga tidak. Tak mungkin dari kamera tikus seperti yang kulakukan. Karena aku hanya membuat konsep itu melalui ketikan di laptop. Aku tak menempelkannya didinding. Ketikan di Laptop?.

“ Mouse laptop itu!! “ teriak eurekaku.

Mata kian terbelalak. Merasa ada apa-apa dan curiga dengan Mouse bergambar Little Stuart pemberian Dina. Segera aku menyelidikinya. Tanganku gemetar kacau. Kemudian berusaha membuka isi dari Tetikus itu. Kuamati dan mengikuti jalur rangkaian.

“Ini benar. Jalur itu juga benar. Dan ini?” tanyaku menemukan jawaban.

Dan benar saja. Ada rangkaian elektronika tak lazim yang tidak biasa ditemukan diMouse laptop lainnya. Sekarang adadi Tetikusku. Hampir saja menipu.

“ Ia mencuri dataku dengan merekam ketikan dikeyboard Laptop. Lalu mengirimnya melalui internet agar ia mengetahui semua ketikanku. Ia menempatkan alat sadap itu di Mouse Laptop. Waaaaa…. Aku kalah set nih. Kacau nih anak “ gerutunya.

Aku mendapatkan hadiah Mouse laptop bergambar Little Stuart itu saat menjadi Juara Lomba Robot. Ia memberikan Mouse Laptop tanpa kabel yang bergambar Tikus Putih saat syukuran dikelas, aku tak mempunyai perasaan negatif apapun kala itu. Karena Mouse laptopku rusak. Jadi aku menerimanya dengan senang hati. Dan tak menyangka berujung seperti ini.

***

Aku lalu menelponnya lagi. Tersambung.

“Hey Mini Mouse pake Little Stuart ya?. Eh… Ngapain kita nggak satu tim saja?“.

“Traktir aku Es Krim ditaman kota dulu. Deal? “ jawaban lama itu terdengar tidak seperti biasanya bagi Ikrar.

Semarang, 20 Oktober 2011 02:03.

GPS : Global Positioning System ( Sistem Kedudukan Sejagat ), Wirelles Transmitter Data : Pemancar data.

: membuat Science Fiction itu ternyata menyenangkan dan sulitnya minta ampyun, cint. Capek deh.  Lambreta logika getoh... Tapi akhirnya cucok bo'. . :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun