Mohon tunggu...
Age Bunga Perdana
Age Bunga Perdana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Long life learner

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stres Digital pada Pekerja: Bagaimana Cara Mengatasinya?

8 November 2023   11:19 Diperbarui: 8 November 2023   11:43 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stres digital didefinisikan sebagai keadaan stres dan cemas karena penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang dimungkinkan melalui media seluler dan sosial (Steele et al., 2020 dalam Khetawat dan Steele, 2023).

Berdasarkan hasil laporan terbaru State of the Global Workplace: 2023 Report dari Gallup mengatakan bahwa sepanjang tahun 2022, 44% pekerja di dunia mengalami stres selama hari kerja. Pada lingkup Asia Tenggara dilaporkan tingkat stres harian di kalangan pekerja mencapai 26%. Tingkat stres harian pada pekerja di Indonesia dilaporkan berada di angka 21%, paling rendah di antara negara Asia Tenggara lainnya.

Perkembangan teknologi telah mempengaruhi cara kita bekerja dan mengubah pekerjaan itu sendiri. Teknologi digital mencakup, antara lain, teknologi seluler (misalnya  ponsel), teknologi jaringan (misalnya internet), teknologi komunikasi (misalnya e-mail), dan teknologi aplikasi umum (misalnya pengolahan kata) (Fischer et al.,2021). 

Perkembangan era digital yang cukup pesat memiliki potensi untuk pekerja dapat berkonektivitas dimana saja dan kapan saja. Hal ini menyebabkan adanya kemungkinan kontak yang terus menerus sehingga dapat menghilangkan batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Dampak negatif inilah yang timbul dari penggunaan teknologi yaitu keadaan stres yang  secara  tidak  langsung  mempengaruhi perasaan secara psikologis, fisik, dan perilaku (Setyadi, & Taruk, 2019). 

Penyebab Stres Digital

Secara umum, stres digital dipengaruhi oleh faktor demografi maupun pekerjaan.  Secara demografi, pria lebih cenderung mengalami tingkat stres digital yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Pria lebih sering menggunakan teknologi sesuai keinginannya sedangkan wanita cenderung menggunakan teknologi ketika situasi mengharuskan. Usia dan tingkat pendidikan juga memainkan peran penting. 

Baik pekerja yang lebih tua maupun pekerja dengan tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi cenderung mengalami tingkat stres digital yang lebih rendah dikarenakan telah lebih matang dalam mengelola stres. 

Dari segi pekerjaan, pekerja dengan pengalaman lebih lama dalam menggunakan teknologi mengalami tingkat stres digital yang lebih rendah karena sudah memiliki pengalaman yang cukup dalam menghadapi gangguan, perubahan, peningkatan, dan perkembangan teknologi (Fischer et al., dalam Brilianti et al., 2023, Tarafdar et al., 2011).

Secara khusus, stres digital muncul sebagai hasil dari kelelahan emosional, berkurangnya dukungan iklim inovasi, serta rendahnya kepuasan kerja dan pengguna (Fischer et al., 2021, dalam Brilianti et al., 2023). 

Kelelahan emosional adalah unsur umum dalam pengukuran gejala burnout dan sering diidentifikasi sebagai komponen stres dalam kerangka kerja burnout (Maslach et al., 2001). Maslach dan Jackson (1981) mendefinisikannya sebagai "perasaan terlalu terlibat secara emosional dan kelelahan yang muncul akibat tuntutan pekerjaan." Dalam penelitian sebelumnya (Ayyagari et al., 2011; Tams et al., 2014), ditemukan bahwa pemicu stres digital memiliki hubungan positif dengan kelelahan emosional.

Dipercayai bahwa iklim kerja yang mendukung inovasi dan komunikasi yang baik dapat mengurangi stres digital (Tarafdar et al., 2010). Namun, dalam situasi dengan banyak faktor yang menimbulkan stres di lingkungan kerja, dapat muncul persepsi bahwa organisasi tidak lagi mempromosikan inovasi seperti seharusnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun