Mohon tunggu...
Age Bunga Perdana
Age Bunga Perdana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Long life learner

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stres Digital pada Pekerja: Bagaimana Cara Mengatasinya?

8 November 2023   11:19 Diperbarui: 8 November 2023   11:43 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan teknologi yang cepat atau beban kerja yang terlalu tinggi. Akibatnya, persepsi positif terhadap iklim inovasi dapat berkurang (Clercq et al., 2014).

Rendahnya kepuasan kerja dan pengguna mencerminkan perasaan negatif individu terhadap pekerjaan dan teknologi yang digunakan (Locke, 1976). Ketika individu merasa tidak puas dengan penggunaan teknologi dalam melakukan pekerjaannya, stres digital dapat muncul (Ragu-Nathan et al., 2008). 

Akibat Stres Digital

Reinecke et al.,(2017) mengemukakan dampak dari stres digital, yakni: (a) terjadinya kelelahan akibat pekerjaan ganda yang dilakukan; (b) bertambahnya tekanan sosial yang diterima; (c) rasa takut akan ketinggalan informasi dan interaksi sosial; (d) meningkatnya kecemasan dalam diri individu yang mengarah pada gejala depresi. Stres digital bagi individu dapat mengurangi kepercayaan dan kenyamanan secara keseluruhan dalam menggunakan teknologi. Kondisi ini menyebabkan perasaan tidak berdaya dan mengganggu sehingga dapat menyebabkan hilangnya ketertarikan dalam penggunaan teknologi (Brilianti et al., 2023).

Strategi Pengelolaan Stres Digital

Stres digital dapat dikelola dengan beberapa strategi berikut. Pertama, menetapkan pembatasan terkait waktu untuk melakukan pekerjaan. Pekerja dapat mengatur jadwal penggunaan aplikasi yang terkait dengan pekerjaannya. Sebagai contoh, pekerja dapat memanfaatkan fitur "Working Hours" pada Google Calendar.  Fitur tersebut memiliki kemampuan otomatis untuk menolak undangan rapat atau panggilan apabila sudah berada di luar jam kerja (Noval, 2022).

Kedua, memisahkan penggunaan perangkat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Hal ini memungkinkan pekerja untuk beristirahat dari pekerjaannya dan meremajakan diri. Fitur "Work Profile" dari Google dapat membantu pekerja untuk memisahkan aplikasi terkait pekerjaan dan kehidupan pribadinya pada satu perangkat. Bagi pengguna iOS, dapat juga menggunakan mode "Focus" yang dapat dikustomisasi sesuai dengan kebutuhan sembari memberitahu orang lain bahwa pemilik perangkat ini sedang sibuk (Tarafdar et al., 2020).

Ketiga, meningkatkan persepsi positif terhadap teknologi. Dengan meningkatnya persepsi positif, pekerja mampu berpikir secara rasional dan mengingatkan diri tentang manfaat dari teknologi tersebut. Pada akhirnya penggunaan teknologi akan sangat membantu dalam peningkatan produktivitas pekerja (Tarafdar et al., 2020).

Stres digital merupakan ancaman serius bagi kesejahteraan pekerja. Untuk mengatasi masalah tersebut, beberapa strategi pengelolaan stres digital telah diusulkan, termasuk pembatasan waktu kerja, pemisahan perangkat kerja dan kehidupan pribadi, serta meningkatkan persepsi positif terhadap teknologi. Dalam dunia yang terus terhubung, diperlukan pikiran bijak tentang bagaimana teknologi mempengaruhi kehidupan. Apakah teknologi membuat seseorang lebih cerdas atau justru lebih stres?

Ditulis oleh: Age Bunga Perdana dan Diva Naura Nurannisa

Referensi

  • Ayyagari, R., Grover, V., and Purvis, R. (2011). Technostress: technological antecedents and implications. MIS Q. 35, 831--858.
  • Brilianti, D.A., Zamralita and Budiarto, Y. (2023) 'Hubungan Antara Stres Digital dan Kinerja Pada Karyawan', Phronesis: Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 12(2), pp. 149--161. Available at: https://journal.untar.ac.id/index.php/phronesis/article/view/23715
  • Clercq, D., de, Dimov, D., and Belausteguigoitia, I. (2014). Perceptions of adverse work conditions and innovative behavior: the buffering roles of relational resources. Entrep. Theory Pract. 40, 515--542. doi: 10.1111/etap.12121
  • Fischer,T., Reuter, M., &Riedi, R. (2021). The digital stressors Scale: development and validation of a new survey instrument to measure digital stress perceptions in the workplace context. Frontiers in Psychology, 12. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.607598
  • Khetawat, D. and Steele, R.G. (2023) 'Examining the association between Digital Stress Components and psychological wellbeing: A meta-analysis', Clinical Child and Family Psychology Review. doi:10.1007/s10567-023-00440-9.
  • Locke, E. A. (1976). "The nature and causes of job satisfaction," in Handbook of Industrial and Organizational Psychology, ed. M. D. Dunnette (Chicago: Rand McNally College Pub. Co.), 1297--1343.
  • Maslach, C., and Jackson, S. E. (1981). The measurement of experienced burnout. J. Organ. Behav. 2, 99--113. doi: 10.1002/job.4030020205
  • Maslach, C., Schaufeli, W. B., and Leiter, M. P. (2001). Job burnout. Annu. Rev. Psychol. 52, 397--422. doi: 10.1146/annurev.psych.52.1.397
  • Noval, S.M.R., 2022. Evolusi Hak Pekerja Di Era Digital: Prawacana Right to Disconnect di Indonesia. Jurnal Bina Mulia Hukum, 6(2), pp.234-253.
  • Ragu-Nathan, T. S., Tarafdar, M., Ragu-Nathan, B. S., and Tu, Q. (2008). The consequences of technostress for end users in organizations: conceptual development and empirical validation. Inform. Syst. Res. 19, 417--433.
  • Reinecke, L., Aufenanger, S., Beutel, M.E., Dreier, M., Quiring, O., Stark, B., Wlfling, K. and Mller, K.W., (2017). Digital stress over the life span: The effects of communication load and internet multitasking on perceived stress and psychological health impairments in a German probability sample. Media Psychology, 20(1), pp.90-115.
  • Setyadi, H. J.,& Taruk, M. (2019). Analisis dampak penggunaan teknologi (Technostress) kepada dosen dan staff karyawan yang berpengaruh terhadap kinerja di dalam organisasi  (studi kasus: perguruan tinggi di kalimantan timur). Informatika Mulawarman : Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, 14(1),1.https://doi.org/10.30872/jim.v14i1.1792
  • State of the global workplace report (2023) Gallup.com. Available at: https://www.gallup.com/workplace/349484/state-of-the-global-workplace.aspx (Accessed: 24 October 2023).
  • Tams, S., Hill, K., Ortiz, de Guinea, A., Thatcher, J., and Grover, V. (2014). NeuroIS - alternative or complement to existing methods? Illustrating the holistic effects of neuroscience and self-reported data in the context of technostress research. J. Assoc. Inform. Syst. 15, 723--753.
  • Tarafdar, M., Tu, Q., and Ragu-Nathan, T. S. (2010). Impact of technostress on end-user satisfaction and performance. J. Manag. Inform. Syst. 27, 303--334.
  • Tarafdar, Monideepa & Tu, Qiang & Ragu-Nathan, T. & Nathan, Ragu. (2011). Crossing to the Dark Side: Examining Creators, Outcomes, and Inhibitors of Technostress. Communications of The ACM - CACM. 54. 113-120. 10.1145/1995376.1995403.
  • Tarafdar, M., Pirkkalainen, H., Salo, M., & Makkonen, M. (2020). Taking on the "Dark Side"----Coping With Technostress. IT Professional, 22(6), 82--89. doi:10.1109/mitp.2020.297734

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun