Latar Belakang TopikÂ
Afghanistan telah menjadi negara yang dilanda konflik bersenjata selama beberapa dekade. Sejak invasi Amerika Serikat pada tahun 2001, konflik ini tidak hanya melibatkan pasukan internasional dan Taliban, tetapi juga membawa dampak besar bagi Masyarakat sipil, terutama anak-anak, yang mengalami gangguan Pendidikan, Kesehatan, serta kesejahteraan fisik dan psikologis mereka. Tahun 2021 menjadi titik balik bagi Afghanistan, ditandai dengan ketidakstabilan yang semakin meningkat. Pada Juli dan Agustus, pasukan Amerika Serikat dan NATO menyelesaikan penarikan mereka dari Pangkalan Udara Bagram, menyerahkan kendali keamanan kepada pemerintah Afghanistan setelah dua dekade berperang (VOA Indonesia, 2021).Â
Penarikan ini membuka peluang bagi Taliban untuk dengan cepat memperluas kontrol mereka atas berbagai wilayah di Afghanistan, yang pada akhirnya mencapai puncaknya pada bulan Agustus dengan jatuhnya ibu kota Kabul, menandai kembalinya kekuasaan Taliban dan mengakibatkan krisis kemanusiaan yang mendalam serta ketidakpastian politik di negara tersebut. Dengan penarikan pasukan internasional, Taliban berhasil merebut kendali atas hampir setengah dari sekitar 400 distrik di Afghanistan. Mereka juga mengklaim telah menguasai sekitar 90% perbatasan Afghanistan dengan negara-negara tetangga (BBC Indonesia, 2021). Kembalinya kekuasaan Taliban memperburuk situasi di Afghanistan, ditandai dengan peningkatan kekerasan dan dampak besar terhadap masyarakat sipil.
 Taliban memaksa banyak warga sipil untuk meninggalkan Afghanistan, terutama di wilayah-wilayah yang mereka kuasai, dan memaksa pemuda setempat terlibat dalam perang. Pada paruh pertama tahun 2021, Misi Bantuan PBB untuk Afghanistan (UNAMA) melaporkan 5.183 korban sipil, termasuk 1.659 tewas dan 3.254 terluka, angka yang meningkat sekitar 47% dari tahun sebelumnya. Anak-anak menjadi kelompok yang paling terdampak, menyumbang sekitar 32% dari total korban sipil, yaitu 1.682 anak, dengan rincian 468 tewas dan 1.214 terluka. Peningkatan jumlah korban sipil ini menegaskan urgensi intervensi kemanusiaan untuk melindungi hak-hak anak dan memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan bagi mereka yang terdampak konflik.
Kerangka Teori/ Konsep
Altruisme dalam konteks bantuan dan kerjasama luar negeri merujuk pada tindakan negara atau organisasi internasional yang memberikan bantuan kepada negara lain atas dasar kemanusiaan atau kepedulian terhadap kesejahteraan, tanpa mengharapkan imbalan. Dalam hal ini, bantuan diberikan dengan tujuan untuk meringankan penderitaan dan meningkatkan kesejahteraan pihak yang terdampak. Menurut perspektif Effective Altruism oleh Peter Singer, manusia memiliki kewajiban moral untuk menyalurkan sumber daya secara optimal guna meminimalkan penderitaan. Effective altruism menekankan bahwa tindakan altruistik harus didasarkan pada efisiensi dan dampak maksimal terhadap kelompok yang paling rentan. Bantuan kemanusiaan UNICEF kepada anak-anak korban konflik di Afghanistan merupakan salah satu contoh penerapan effective altruism. UNICEF menargetkan program-program bantuan yang paling relevan, seperti akses ke pendidikan, kesehatan, dan perlindungan psikologis, dengan tujuan meminimalkan dampak jangka panjang dari konflik. Dalam konteks ini, bantuan UNICEF tidak hanya dianggap sebagai bentuk aksi kemanusiaan, tetapi juga sebagai upaya moral yang efisien untuk memastikan bahwa setiap bantuan yang diberikan memiliki dampak terbesar dan paling signifikan bagi kesejahteraan anak-anak di Afghanistan.
Pembahasan
UNICEF berkomitmen untuk menyelamatkan nyawa, meringankan penderitaan, menjaga martabat manusia, dan melindungi hak-hak populsi terdampak di Afghanistan. Ini merippakan respons terhadap kebutuhan kemanusiaan. UNICEF akan mendukung berbagai kegiatan, termasuk bekerjasama dengan mitra di lapangan, UNICEF akan memberikan paket layanan terintegrasi dalam bidang Kesehatan, nutrisi, air, sanitasi dan kenersihan (WASH), pendidikan, serta perlindungan kepada popilasi yang rentan.
Dalam perspektif Effective Altruism (Altruisme Efektif) yang diperkenalkan oleh Peter Singer, setiap bantuan kemanusiaan harus dilakukan dengan cara yang paling efektif untuk mengurangi penderitaan dan meningkatkan kesejahteraan sebanyak mungkin orang. Pendekatan ini berfokus pada penggunaan sumber daya secara optimal untuk memberikan dampak terbesar bagi individu yang paling membutuhkan. Jika diterapkan pada program bantuan UNICEF di Afghanistan, kita dapat melihat bagaimana prinsip-prinsip Effective Altruism mendasari berbagai intervensi yang dilakukan.
- Prioritas terhadap kebutuhan mendesak dan paling besar.
Menyikapi gempa bumi dahsyat di Herat dan provinsi sekitarnya, ditambah dengan musim dingin yang ekstrem, UNICEF menyediakan paket bertahan hidup musim dingin berupa pakaian hangat, sarung tangan, syal, dan selimut kepada lebih dari 15.000 anak dan keluarga yang kehilangan tempat tinggal. Â Effective Altruism menekankan pentingnya menyalurkan bantuan ke daerah dan kelompok yang paling rentan. Dalam konteks ini, UNICEF berfokus pada keluarga dan anak-anak yang paling terdampak oleh konflik bersenjata, gempa bumi, dan musim dingin ekstrem di Afghanistan. Bantuan ini mencerminkan prioritas terhadap kondisi darurat dan krisis kemanusiaan yang membutuhkan tindakan cepat dan efektif, sesuai dengan pendekatan Singer.
- Â Efektivitas program tunai langsung
Program bantuan tunai UNICEF untuk 1.165 keluarga di provinsi Samangan adalah contoh konkret dari pendekatan ini. Dengan memberikan uang tunai, penerima diberi kebebasan untuk mengalokasikan dana sesuai kebutuhan mereka yang paling mendesak, seperti makanan dan obat-obatan. Pendekatan ini memungkinkan efektivitas yang lebih besar, karena kebutuhan individu bervariasi dan penerima bantuan lebih tahu apa yang paling penting bagi mereka. Ini sesuai dengan prinsip Effective Altruism yang mendorong penggunaan dana secara efisien untuk memberikan dampak maksimal.
- Penanganan krisis kesehatan dan gizi