Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api yang masih aktif hingga saat ini, dan terletak diperbatasan dari 4 kabupaten seperti, Â Provinsi Jawa Tengah meliputi Kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali, serta Provinsi DIY meliputi Kabupaten Sleman. Karena kemegahannya serta kekayaan akan sumber daya alam yang melimpah membuat gunung ini menjadi primadona bagi masyarakat sekitarnya untuk mengolah sumber daya yang ada seperti, bercocok tanam dan membuat pertanian, berternak, hingga menjadikannya kawasan wisata.Â
Keunikan dari Gunung Merapi yang hingga kini masih ada dan terjaga selain alamnya yang lestari adalah, budayanya yang tidak pernah padam. Dengan adanya keberadaan Sang Kuncen Merapi yang legendaris, beliau adalah Mas Penewu Surakso Hargo atau yang dikenal sebagai Mbah Maridjan, ini telah menjadi bukti bahwa budaya dari leluhur masih terjaga. Mbah Maridjan dipilih oleh Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat untuk menjadi seorang juru kunci Gunung Merapi, dan memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga alam, manusia, dan mahluk hidup lainnya.Â
Hingga sampailah pada tanggal  26 Oktober 2010 pukul 18.10 WIB,  Gunung Merapi mengalami letusan yang dahsyat dan memuntahkan material lahar dan awan panas. Peristiwa ini membuat masyarakat sekitar panik dan mengungsi ke tempat yang lebih aman. Namun tidak hanya satu kali,  erupsi masih berlangsung setelahnya pada pukul 18.15 dan 18.25 WIB, bahkan terus berlanjut hingga 3 November dan 5 November 2010. Dilansir dari Kompas.com, dari adanya peristiwa ini, terdapat korban yang kehilangan nyawanya sebanyak 353 orang, dan salah satunya adalah Mbah Maridjan. Menurut BPPTK Yogyakarta,  jika diukur indeks letusan yang telah terjadi sebelumnya  seperti tahun 1872, letusan Gunung Merapi di tahun 2010 menjadi letusan yang besar di dalam sejarah.Â
Melihat dari banyaknya jumlah korban yang meninggal, korban luka, masyarakat yang kehilangan harta benda, bahkan hewan ternak, kini pemerintah bersama dengan lembaga penanggulangan bencana lainnya bekerja sama dan lebih mempersiapkan berbagai macam hal untuk membantu masyarakat, dalam menangani bencana erupsi Gunung Merapi. Edukasi mitigasi bencana erupsi kini telah digencarkan oleh PUSDALOPS BPBD DIY  kepada masyarakat sekitar Gunung Merapi  agar masyarakat dapat lebih aman saat evakuasi dilakukan.Â
Tidak hanya mitigasi saja yang dilakukan, tetapi kini pemerintah dan lembaga berwenang sudah membagi beberapa pembagian daerah evakuasi kepada masyarakat. Ini dilakukan agar ketika evakuasi dilaksanakan tidak ada lagi masyarakat yang berpencar dan kehilangan arah, sehingga proses evakuasi dapat dilakukan dengan baik dan terstruktur.Â
Lalu apa yang bisa masyarakat lakukan ketika bencana erupsi Gunung Merapi terjadi?Â
Masyarakat disarankan untuk tidak panik, dan dapat melakukan beberapa tahapan mitigasi yang akan dipandu oleh pihak berwenang. Mitigasi dilakukan dalam 3 tahap seperti pra bencana, bencana, dan pasca bencana. Pada pra bencana, masyarakat dapat melakukan 5 hal seperti:Â
- Memperhatikan dan mengikuti arahan dari PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi)
- Menyiapkan masker dan kaca mata pelindung untuk melindungi wajah dari debu vulkanik
- Kenali jalur evakuasi dan shelter yang telah disiapkan oleh pihak berwenang
- Mempersiapkan skenario lain ketika dampak letusan menyebar lebih luas, di luar dari perkiraan para ahliÂ
- Persiapkan dukungan logistik seperti, makanan dan minuman siap saji, lampu senter beserta baterai cadangan, uang tunai, serta obat-obatan khusus yang wajib diminumÂ
Kemudian ketika memasuki tahap bencana, masyarakat dapat melakukan 3 tahap berikut:Â
- Pastikan anda dan keluarga sudah berada di shelter yang aman dari jangkauan letusan
- Gunakan kacamata pelindung dan maskerÂ
- Ikuti arahan dari pihak berwenang selama berada di shelter