Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa pikiran selalu dapat menghadirkan hal baru yang unik. Entah berupa ide, keinginan, maupun khayalan. Namun keunikan yang ada dalam pikiran manusia rasanya akan menjadi sia-sia jika tidak diadaptasi dengan tepat. Perlu suatu kreativitas yang mampu memanfaatkan ruwetnya pikir menjadi suatu hal baru yang dapat menciptakan keindahan. Demikian pula dengan dunia seni yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Pameran seni yang saya hadiri kali ini berlokasi di Yogyakarta Independent School.
Sebelum saya membahas mengenai Art Exhibitionnya kita kenalan terlebih dahulu dengan Yogyakarta Independent School atau yang akrab disebut YIS.
YIS sendiri telah lama ada di Yogyakarta tepatnya berdiri sejak tahun 1989. Lokasi awal berada di area Jalan Magelang kemudian pindah ke tanah yang lebih luas dan ditempati hingga sekarang di area kehijauan utara Monjali, tepatnya di Jalan Tegal Mlati No 1, Jombor Lor Sinduadi, Mlati, Sleman. YIS aktif di Instagram @yogyakartaindependentschool dan WA +628112632442.
Yogyakarta Independent School
Jadi yang membedakan YIS dengan sekolah nasional a.k.a sekolah negeri, dan sekolah swasta pada umumnya tentunya adalah kurikulumnya.Â
Kurikulum sekolah Internasional memang harus wajib berstandar internasional agar ijazahnya juga diakui secara internasional. Faktor kurikulum ini sangat besar relativitasnya dengan anak-anak yang bersekolah di sekolah internasional.
Kurikulum internasional memiliki banyak jenis. Yogyakarta Independent School sendiri menggunakan kurikulum International Baccalaureate (IB).
Kurikulum International Baccalaureate ini ditujukan untuk anak dengan usia 3-18 tahun dari pre-school sampai high school. International Baccalaureate(IB) adalah yayasan pendidikan internasional yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss, dan memiliki empat program pendidikan formal.
Art Exhibition
Berbeda dengan sekolah negeri yang mewajibkan muridnya belajar matematika, IPA, dan IPS setiap hari. Kurikulum IB ini tidak hanya mempelajari seputar science, math, dan language tapi juga bagaimana penerapan dan eksplorasinya dalam kehidupan.
Hal ini tentunya sangat bermanfaat karena menumbuh kembangkan kepekaan yang akan digunakan para siswa-siswi ketika nantinya berada di kehidupan selain sekolah, pendidikan personal, hidup bermasyarakat, paham mengenai tata krama dan juga kreatifitasnya lebih terasah. Dari awalpun mereka telah memiliki kebebasan untuk fokus pada bidang yang menjadi minat mereka, sehingga bakat dan passion pun telah terdeteksi dan membuat mereka menjadi menyeriusi apa yang menjadi cita-cita mereka.
Pameran ini juga merupakan bentuk pemenuhan tugas akhir Adam. Dibimbing oleh Guru Seni YIS Bapak Herli Setiawan, Adam mampu mengolah rasa yang ada dalam dirinya hingga terciptalah karya penuh makna bertema "Mind" atau Pikiran. Karya yang dipamerkan berupa karya lukis, gambar digital dan karya 3D berupa sculpture dari kawat. Karya Adam menurut saya cukup mendalam karena saya merasa apa yang ada dan tergambar di lukisan Adam akrab dengan kegelisahan manusia sehari-hari.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H