Mohon tunggu...
Ceritamakvee
Ceritamakvee Mohon Tunggu... Freelancer - Agata Vera

"Bersoraklah, dunia ini panggungmu" Selamat datang di akun liputan saya Kompasiana Twitter @makvee_vee Facebook Agata Vera Setianingsih Instagram ceritamakvee www.makveestory.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Earth Hour 2020 Feat Covid-19

29 Maret 2020   20:21 Diperbarui: 29 Maret 2020   20:26 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Earth Hour dimulai pada tahun 2007 diprakarsai oleh WWF dan para mitranya. Earth Hour pertama digelar di Sydney pada 2007. Kini Earth Hour bisa dikatakan sebagai  salah satu gerakan akar rumput terbesar di dunia untuk lingkungan, melibatkan jutaan orang di lebih dari 180 negara dan wilayah. Ini telah menjadi satu gerakan massal yang menurut saya memiliki dampak lingkungan yang positif, mendorong perubahan  besar dengan memanfaatkan kekuatan semua orang terutama anak muda.

Earth Hour biasanya diselenggarakan di pusat kota seluruh dunia sambil membawa lilin sejumlah besar anak muda berdiri disana selama earth hour berlangsung.

Namun di tengah krisis kesehatan yang melanda seluruh dunia COVID-19. Earth Hour diselenggarakan secara digital. Semua komunitas di seluruh dunia masih bisa mengikutinya. Memang tidak seramai biasanya namun harapannya tetap berdampak bagi bumi. Bisa dibilang Eart Hour 2020 dirayakan di dalam keheningan.

Banyak negara yang menyelenggarakan Earth Hour secara virtual. Tidak diperbolehkannya ada kerumunan massa di ruang publik menunjukkan solidaritas bagi mereka dan semua negara yang terkena dampak COVID-19.

Saya percaya bumi dan segala isinya butuh pemulihan. Kita percaya bahwa bumi dan segala isinya akan segera pulih

Siapapun itu bisa mengikuti Earth Hour karena kita sama-sama mahluk yang tinggal di bumi. Mungkin inilah akhir dari selebrasi Earth Hour setelah adanya COVID-19.

Momen global ini mungkin akan dikenang sebagai momen manusia membela alam dan banyaknya kerusakan alam yang terjadi. Mengingatkan kita akan COVID-19 dan keserakahan manusia, Earth Hour 2020 memiliki perhatian pada kebutuhan yang sangat  mendesak untuk menghentikan hilangnya alam dan keanekaragaman hayati.

Bukan tanpa alasan, ketika alam dan keanekaragaman hayati rusak maka ini kan berpengaruh pada kesehatan dan kesejahteraan kita. Bukankah alam saling terhubung, bukankah kita saling membutuhkan? 

Maka, Earth Hour 2020 harapannya dapat menjadi suatu momentum global yang hadir di depan para pemimpin dunia sebagai pengambil keputusan penting tentang alam, perubahan iklim, dan pembangunan. Seluruh manusia perlu memiliki kesepakatan baru untuk alam ini bukan hanya untuk keperluan manusia saja tapi ini sebagai bentuk Voice for the Planet.

Mari, sejenak kita ikut aksi sebagai bentuk keprihatinan kita pada bumi yang kita tinggali dan mungkin terluka karena ulah manusia. Mari mematikan listrik dan barang elektronik lain yang tidak digunakan dari rumah masing-masing. Hayati keheningan ini, nyalakan lilin, dan berdoa semoga semua baik kembali. Avignam Jagad Samagram.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun