Bekerja sesuai passion adalah harapan semua orang. Jadi gini nih curhat dikit. Lulus SMP saya kepengen banget masuk ke Sekolah Menengah Seni Rupa atau bahasa gaul dikalangan anak jaman saya itu SMSR. Mungkin sekarang sebutannya masih sama. Sejak kecil kata ibu saya, saya sudah sangat suka menggambar, tapi entah kenapa ibu mengatakan bahwa ibu terlambat mengenali bakat saya tersebut. Kemudian semasa SMP saya masih suka menggambar. Saya paling senang menggambar manusia dan pemandangan. Suatu hari ada pekerjaan rumah, mata pelajaran kesenian yang harus saya kerjakan. Karena sejak SMP saya sudah menggemari drama korea. Saat itu saya sedang suka satu drama korea berjudul Mars.Â
Saya pun membuat karya dari cat air tapi cat tersebut tidak saya beri air. Kemudian saya goreskan ke kertas gambar. Kemudian menghasilkan gambar hati diselimuti api dengan rantai di sekitarnya. Karya ini rupanya mendapat pujian dari guru gambar saya. Saya pun membuat gambar berikutnya yaitu karikatur kepala sekolah, yang terpilih untuk dipajang di mading sekolah. Hal-hal ini yang memicu semangat saya dan saya begitu yakin bisa masuk SMSR. Namun, harapan tinggalah harapan, keinginan saya pupus sudah ketika bapak mengatakan "Seni iku iso nggo ngopo? Iso nggo mangan po? (seni itu bisa buat apa. Bisa buat makan?). Kandaslah sudah harapan saya. Menjelang kuliah saya masih pula meminta ijin untuk kuliah di ISI. Lagi-lagi jawaban Bapak masih sama. Pupuslah sudah semua.Â
Seniman memilih bahan untuk membuat karya tentunya penuh dengan banyak pertimbangan. Bisa jadi ia juga mencoba berbagai macam bahan. Analogi saya adalah ia tidak langsung menemukan bahan materi seninya. Seniman pasti juga melalui tahap pendekatan demi pendekatan sampai akhirnya ia gandrung alias jatuh cinta pada bahan yang ia gunakan sampai kini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H