Mohon tunggu...
Eko Setiaone
Eko Setiaone Mohon Tunggu... Freelancer - Human-Center Oriented Activism, Participatory Planner, Story Teller, Free man

"Kesalahan besar bangsa ini adalah seringkali melupakan sejarah, dan mengabaikan aspirasi orang-orang kecil. Dunia sudah modern, seharusnya tak menjadi penghalang. Saya memelajari sejarah dan mencari aspirasi dari masyarakat marginal untuk melawan kesembarangan pemerintah/ perusahaan/ pelaku usaha. Dunia tak akan adil jika semua orang menjadi kapitalis"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

ITB, Kampus Eksklusif

25 Oktober 2019   08:03 Diperbarui: 25 Oktober 2019   12:49 3064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampus ITB, Kamis (9/8/2018). | Foto: Tribun Jabar/Yongky Yulius

"Bunga rampai masyarakat lokal yang dikelilingi bangunan berlantai tinggi dan makhluk Kampus

Kata-demi kata, adalah penafsiran atas keluh kesah warga masyarakat yang wilayah mereka dijamah oleh orang-orang luar dan belum mereka kenali satu demi satu, siapa dan darimana asalnya. Hanya satu kepastian yang mereka bisa kenali, dari kehadiran mereka yakni "orang asing yang tinggal/ menetap di rumah sewa-nya"

Sumber : Harian Baracita KM ITB, 2019
Sumber : Harian Baracita KM ITB, 2019
Setidaknya ilustrasi wilayah di atas, bisa menggambarkan kondisi Kampus besar (ITB) hari ini. Dari analisis internal, tentunya, keberadaan ITB atau kampus berkelas dunia (Dipoyono, 2018) bisa menghadirkan kebermanfaatan (sosial, budaya dan ekonomi) bagi masyarakat sekitar. 

Tentu sebagaimana dalam muatan UU Perguruan tinggi, ITB memiliki peran menjunjung dan mengimplementasikan Tridharma Perguruan Tinggi. Ada ranah untuk mendidik, melakukan penelitian dan pengembangan (RnD) serta melakukan bakti kepada masyarakat (Pengabdian Masyarakat).

Namun, benarkah jika "Tridharma Perguran Tinggi" itu benar-benar dilaksanakan oleh sivitas akademika (Dosen-Mahasiswa-Karyawan) yang berasal dari ITB?  

Benarkah, jika akan dampak meluas (Multiplier Effect) apabila suatu lembaga/ institusi berada di suatu wilayah. Berapa banyakkah, anak-anak yang menghuni di Kecamatan Coblong, dan tumbuh di kecamatan ini? 

Berapa orang-kah yang dipekerjakan menjadi karyawan tetap di ITB? Lalu, adakah imbas jasa yang diberikan oleh ITB kepada Kewilayahan disini ?  Pertanyaan-pertanyaan ini, yang lahir menginspirasi saya untuk menulis.

Bandung sebagai Pusat Pendidikan Tinggi  

Dengan jumlah penduduk menurut BPS Kota Bandung (2019), yang menyatakan bahwa populasi orang di Kota Bandung sekitar 2,38 juta manusia dan sarana pendidikan yang hampir lengkap, setidaknya ada 180-an kampus yang menghuni di wilayah Bandung. Bandung, harusnya mendapat predikat kota pendidikan. 

Tak hanya disandang, oleh DIY karena realitanya, perguruan tinggi dll jauh lebih banyak berada di Kota Bandung. Artinya, jika demikian, Bandung menjadi destinasi bagi para pembelajar untuk belajar. Akan tetapi predikat kota pendidikan, sepertinya lebih terdengar dan tersua oleh Kota lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun