[caption id="attachment_383879" align="alignleft" width="300" caption="Anak-anak anggota TPMT sedang belajar menari (Dok Husnul)"][/caption]Sejumlah anak berusia 8 hiingga 10 tahun sudah berkumpul di pekarangan sebuah surau. Surau using ini adalah bekas tempat pengajian terpada Tgk Chiek Lambirah. Beberapa di antara masih memarkirkan sepeda mininya untuk bergegas menuju tempat wudhuk. Pekarangan bekas Dayah Teungku Chiek Lambirah, Kecamatan Sukamakmur, Aceh kini menjadi menjadi tempat belajar baru. Di tanah bekas pesantren tradisional ini sudah berdiri tiga lokal TK Gampong Lambirah. Di tempat itu juga, Husnul Khatimah Adnan, seorang wanita mendirikan Taman Pendidikan Masyarakat (TPM) Tanyoe.
Bangunan bekas SD darurat yang disulap menjadi TK ini kemudian dimanfaatkan juga sebagai tempat pendidikan informal anak-anak di Lambirah dan sekitarnya. Dibantu beberapa temannya, Kak Imah-panggilan akrab Husnul- di kalangan anak-anak asuh TPMT.
Ide mendirikan TPM Tanyoe (miliik kita) karena kekhawatiran Husnul mendapatkan anak-anak usia TK hingga SD menghabiskan waktu di tempat permainan atau Play Station. Bukan hanya terpengaruh game, tapi kecanduan mereka terhadap play station sudah mengarah pada hal negatif,
“Untuk mendapatkan uang, mereka sudah mulai mencuri milik orang lain,” kata Husnul dalam sebuah perbincangan santai.
Yang membuat Husnul kaget bukan hanya soal waktu terbuang. Wanita berusia 23 tahun ini nyaris tidak percaya ketika seorang ibu mendatanginya untuk menjual kukur kelapa. Ibu tersebut harus menjual kukur kelapa untuk membayar kelapa orang yang dicuri anaknya,
“Bagaimana tidak miris, ketika mengingat pada Juli 2011 lalu, ada ibu datang dengan kasus seperti itu,” ujar Husnul
[caption id="attachment_383901" align="alignright" width="300" caption="Husnul bersama anak-anak TPMT sambil bermain layang (Dok Husnul)"]
Pendirian TPMT
Modal nekad dan semangat untuk mengabdi, Husnul mencoba menggagas TPMT dengan program belajar sambil bermain yang gratis untuk menarik perhatiaan mereka dari PS. Karena saya yakin, kebiasaan buruk hanya bisa dialihkan dengan memberikan opsi kebiasaan baik yang bisa mereka praktekkan.
Melihat kondisi yang sangat prihatin ini, Husnul pun tergerak untuk ikut mencari solusi. Karena jika anak-anak sudah terbiasa mempreaktekkan kriminalitas sejak kecil. Peraih beberapa penghargaan ini takut akan jadi apa Aceh di masa akan datang. Karenanya ia pun melihat buku dan belajar sambil bermain sebagai opsi terbaik untuk mengalihkan perhatian mereka dari PS. Untuk mempercepat gerak, Husnul pun rela menggunakan beassiwa sebesar Rp. 1,2 juta dari kampusnya untuk proses pendirian TPMT; seperti membeli buku, biaya rehab gedung dan keperluan lainnya
Husnul memulainya dengan mendekati anak-anak. Mengikuti mereka bermain, memahami pola pikir mereka, intinya Husnul mencoba membangun kedekatan dengan anak-anak. Sambil itu, alumni IAiN Ar Raniry Banda Aceh ini mencoba mengumpulkan teman-teman seusia saya di Desa Lambirah dan sekitarnya, baik laki-laki atau perempuan, untuk membangun team work.