Mendapatkan beasiswa adalah sebuah impian apalagi beasiswa  ke luar negeri.  Belajar gratis  ke luar negeri terutama negara maju incaran semua orang, terutama mereka yang ingin memperdalam ilmunya. Maka, hanya melalui beasiswa, impian ini bisa terwujud. Untuk mendapatkan beasiswa bukan perkara mudah. Saya harus bersaing dengan puluhan calon penerima lain dari berbagai daerah. Beruntung, sebagai bekas daerah konflik, jurnalis dari Aceh menjadi prioritas. Aceh, Poso, dan kawasan timur Indonesia  termasuk dalam agenda beasiswa untuk jurnalis TV untuk menimba ilmu di Amerika Serikat (AS).Â
Pengalaman yang sangat berharga dalam hidup saya adalah saat mendapat beasiswa belajar gratis ke AS pada Juli 2007 silam. Bersama 17 wartawan televisi lain, saya berkesempatan mengunjungi  negara adidaya selama 50 hari. Kami berangkat ke AS dari Jakarta melalui  Bandara Swarnabhumi, Bangkok, Thailand melanjutkan via Bandara Internaisonal Narita, Tokyo,  Jepang dengan menempuh penerbangan selama lebih kurang 23 jam.
Sekitar pukul enam sore waktu setempat, kami pun mendarat mulus di Bandara Internasional Ohare, Chicago. Ohio USA. Tanpa menunggu lama, kami pun turut ke terminal dan langsung menuju homeland security, bagian imigrasi untuk interview soal kedatangan ke negara adidaya. Berlatar belakang dari negeri muslim  memang sedikit bermasalah. Karena negara itu baru saja diserang teroris lewat peledakan dua pesawat penumpang yang meruntuhkan menara kembar WTC atau World Trade Center di kawasan New York. Hampir lima jam kami mendapat giliran pemeriksaan. Cek mata, wajah hingga sidik jari beberapa kali. Beberapa kali petugas mengamati satu per satu rombongan warga asing dengan raut wajah cuek. petugas terkesan membiarkan para pendatang kesal menanti giliran.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H