Peningkatan angka merokok di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Tingkat perokok aktif di Indonesia berada di peringkat kedua dunia atau melampuai negara-negara di Asia Tenggara. Meskipun angka perokok masih di bawah China atau Tiongkok dan India, angka perokok aktif malah melampaui negeri Tirai Bambu ini.
Data yang dikeluarkan Asia Health Index Oktober 2014 lalu, sebanyak 21 persen perokok di Indonesia merokok lebih dari satu kali. Artinya satu dari lima perokok menghabiskan lebih dari satu batang per hari.
Sementara perokok aktif di China hanya 16 persen, Vietnam (15 persen), Singapura (14 persen). Lebih dari 50 persen pria dewasa merokok setiap hari di Indonesia. Fenomena yang sama juga terjadi di Rusia, Timor Leste, dan Armenia.
Peningkatan jumlah perokok tak terlepas dari pencitraan rokok melalui iklan di area publik termasuk media massa. Pencitraan positif rokok sangat kontras dengan kampanye bahaya rokok yang hanya dilakukan sesekali atau tergantum momentum. Oleh karenanya, perlu langkah konkret dan berkelanjutan untuk menggerakkan para remaja atau gerenasi muda sebagai calon perokok baru.
Sosialisasi bahaya rokok dan tembakau harus dilakukan di sekolah, kampus, dan tempat ibadah. Karena tiga tempat tersebut menjadi ajang berkumpul para perokok pemula dan lelaki dewasa yang mewariskan kebiasaan merokok kepada anakanak mereka.
Program yang bisa dijalankan adalah Kampanye Bahaya Rokok dan Tembakau. Program ini bisa dilakukan di sekolah dengan mengajak lembaga pendidikan bekerjasama meluangkan tempat dan waktu untuk mensosialisasi bahaya rokok.
Sosialisasi dilakukan di SLTP dan SLTA, karena kedua lembaga pendidikan ini jumlah perokok pemula terus meningkt. Agenda ini bisa dilakukan sekali seminggu dengan melibatkan siswa dan guru serta pimpinan sekolah. Setiap sekolah bisa dilaksanakan tiga kali yakni untuk siswa kelas I, II, dan kelas III. Demikian juga dengan jenjang SLTA.
Cakupan sekolah untuk tahap pertama dua sekolah atau satu SLTP dan satu SLTA yang berada di Banda Aceh. Sisanya bisa dilakukan di Aceh Besar, demikian selanjutnya.
Jenis kegiatan yang bisa dilakukan adalah workshop singkat yang bisa dirangkai dengan tanya jawab agar tercapai komunikasi dua arah.
Lamanya kegiatan direncanakan dua bulan, dengan rincian dua sekolah yang dibagi pertemuan mingguan untuk masing-masing sekolah.
Untuk merangsang siswa tak ada salahnya, kegiatan ini dirangsang dengan konsumsi snack dan makan siang agar beban siswa terbantu. Setiap sekolah ditergetkan bisa mengirim 30 siswa tiap pertemuan, sehingga capaian siswa bisa sampai 180 orang.