Mohon tunggu...
Mohammad Agam Dozan
Mohammad Agam Dozan Mohon Tunggu... Desainer - Mas Pamong

Silaturahmi ide dengan khalayak pembaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Banjir dan Lokasi Terdampak, Apa Kaitannya dengan Nama Wilayah

11 Desember 2024   21:23 Diperbarui: 11 Desember 2024   22:08 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banjir & Lokasi Terdampak
Apa kaitannya dengan nama wilayah berawalan atau kata "Balong, Kedung, Ngrowo, Tempuran" di Mojokerto Raya

Apa artinya nama sebuah wilayah. Kenapa banjir cenderung mengalami tren dari waktu ke waktu (langganan) terjadi di lokasi terdampak yang berada pada suatu wilayah.

Banjir - Air yang datang dan menggenang itu tak sekedar dimaknai sebagai bencana oleh masyarakatnya, melainkan ada bagian sisi yang lain. Pastinya ada faktor di luar itu, seperti curah hujan, sumbatan sampah, pendangkalan, kerusakan tanggul alami, bangunan liar, hingga penurunan kualitas ekosistem Sungai. Bagian sisi yang lain berkaitan dengan sifat geografis dan sosial budaya masyarakatnya dalam bermukim serta aktivitas yang lain.

Bagaimana masyarakat di suatu wilayah dari generasi ke generasi dengan segenap cara hidupnya, menghuni, menata kawasannya hingga membangun sistem sosialnya. Diantaranya adalah penamaan  wilayah

Sebagian anggota masyarakat masih cukup utuh menyimpan memori berupa warisan tutur dari apa yang melatari asal mula sebuah nama dimana mereka tinggal.
Di Jawa pada eranya, latar penamaannya suatu wilayah didasari oleh sesuatu yang mencirikan, menjadi sifat atau karakteristik dari kondisi wilayah tersebut.

Nama itu mengandung pesan, sejarah, hingga representasi dari kekayaan sistem pengetahuan. Seperti halnya nama wilayah yang secara administrasi tingkat Kelurahan/Desa di Mojokerto Raya berikut: Balongkrai, Balongcangkring, Kedungsari, Balongmasin, Balongmojo, Tempuran, Ngrowo.

Dalam bahasa Jawa, Balong berarti sawah atau tanah yang selalu tergenang air.
Kedung; cekungan atau kubangan yang berisi genangan air
Tempuran; pertemuan dua sungai atau lebih yang membentuk satu sungai utama.
Ngrowo; sumber air.

Kiranya, dengan hal itu dapat diambil kesimpulan yang mengarah pada kondisi wilayah, pada sebagian atau seluruhnya berkenaan dengan keberadaan aliran maupun genangan air, baik itu sepanjang tahun maupun periode tertentu.

Kondisi tersebut yang kemudian diabadikan dalam sosial budaya masyarakat setempat menjadi sebuah penamaan wilayah.

Itulah yang kemudian dalam pengetahuan modern disebut dengan toponomi.
Toponomi tak hanya menyoal sebuah nama yang tertera pada data administrasi wilayah. Lebih dari itu, merupakan cara pandang memahami serta mengungkap kondisi suatu wilayah melalui nama dalam  sebuah bahasa.

Pada ranah kebudayaan, itu adalah bagian dari sistem pengetahuan
yang dapat menjadi unsur penguat kajian untuk menentukan kebijakan serta langkah penanganan atau mitigasi bencana banjir hari ini.

Maka tak heran kawasan pemukiman dalam wilayah yang telah disebut di atas punya potensi besar untuk tergenang akibat meluasnya area dan volume genangan air.

Memang tidak benar-benar presisi persoalan banjir (area tergenang) berada dalam keseluruhan batas wilayah namun bisa jadi hanya di satu kawasan kemudian meluas ke wilayah lain maupun yang normal satu kawasan meluas ke kawasan lain dalam satu wilayah. Kawasan dan wilayah yang masih bersinggungan secara jarak, hulu hilir, peredaran air dan ketinggian permukaan tanah.

Kemudian hari ini, hal itu lebih dilihat sebagai bencana. Ada benarnya juga karena faktor luar yang menimbulkan kerugian seperti pendangkalan, penyumbatan, efek pemanasan global dsb.

Hal yang tak boleh luput adalah upaya untuk kembali melakukan pembacaan ulang atas kondisi wilayah beserta dinamika sosial budaya sebagai landasan arah kebijakan yang dijalankan. Seiring berjalannya waktu kehidupan sosial budaya masyarakat, pemangku, serta seluruh elemennya harus mampu mengenal dan lebih memahami dinamika yang terjadi untuk bersatu memetakan, melakukan kajian, menata kawasan secara holistik dan bijaksana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun