"There comes a time When we heed a certain call When the world must come together as one There are people dying And it's time to lend a hand to life The greatest gift of all " Lirik tersebut menggambarkan dunia sebagai suatu kesatuan, tanpa mengenal perbedaan bangsa atau budaya. Lirik salah satu lagu Michael Jackson tersebut dinyanyikan pada acara pembukaan 第一部”世界平和へ祈り. Acara tersebut merupakan salah satu acara yang menggambarkan harmoni kehidupan antarbangsa dalam satu kesatuan. 第一部”世界平和へ祈り” yang berarti bagian pertama "berdoa untuk perdamaian dunia" adalah salah satu bagian dari acara yang diadakan oleh california club di kota matsudo-chiba. Acara yang bertajuk ”ザ ファイナル 第10回世界のことばー朗読と交流” yang berarti penyelengaraan terakhir Cerita interaktif tentang kosakata dunia yang ke-10. Kegiatan ini kerja sama antara California Club dengan UNICEF. Acara ini telah berjalan selama sepuluh tahun dan tahun ini adalah penyelengaraan yang terakhir, Kegiatan ini selalu diselanggarakan pada bulan juni setiap tahun, dan diikuti oleh 14 negara, diantaranya; Jepang, Ciina, Korea, Indonesia, Amerika, Rusia, Nigeria, Spanyol dan masih banyak lagi. Pada acara tersebut, setiap negara menampilkan kebudayaannya masing-masing, seperti dari negara Jepang –tarian kabuki, dari Myanmar tarian dan dongeng, dari Amerika dongeng, dari Rusia drama, dari Sudan dongeng , dari Peru tarian, dari Korea permainan alat musik tradisional Korea yang berbentuk mirip kecapi, dari italy tarian, dan dari China sebuah dongeng. Semua kesenian tersebut menggambarkan ciri khas negaranya masing-masing, begitu pula dengan Indonesia. Indonesia menampilkan kesenian tradisional yang merepresentasikan budaya Indonesia. Pada tahun-tahun sebelumnya, biasanya Indonesia menampilkan sebuah tarian tradisional yang dipentaskan oleh Debi Alfira. Pada tahun ini, Indonesia menampilkan dua buah pertunjukan kesenian, yaitu sebuah dongeng tentang kancil dan harimau yang dipentaskan oleh Defiza Zainal dan Aya Terasawa dan sebuah penampilan musik tradisional oleh grup kokar (Komunitas Karinding Jepang). Ada yang menarik pada penampilan dari Indonesia kali ini. Dongeng yang dipentaskan oleh Defiza dan Aya diiringi musik tradisional oleh grup Kokar. Setelah itu, grup Kokar juga melakukan penampilan khusus musik tradisional Indonesia. Pementasan tersebut mendapatkan sambutan yang sangat menggembirakan. Ratusan penonton yang memenuhi seluruh penjuru gedung matsudo civic theater tampak antusias mengapresiasi pementasan tersebut. Grup Kokar yang beranggotakan 10 orang dan diketuai oleh Pepet Heru AS membawakan alunan musik tarawangsa (salah satu musik buhun dari tatar pasundan). Pada pementasan tersebut, grup Kokar didampingi Bapak Hidayat (Atase Komunikasi KBRI Tokyo) beserta istri, sehingga membuat penampilan mereka lebih percaya diri. Penampilan Grup Kokar yang mendapatkan apresiasi luar biasa terrsebut menandakan bahwa salah satu kreasi seni dari negara tercinta Indonesia bisa berbicara di pentas internasioal. Grup Kokar adalah grup musik yang diprakarsai oleh Dhany Irfan dan Pepet Heru AS. Grup Kokar ini dibentuk dengan tujuan yang mulia, yaitu untuk melestarikan budaya tradisional Indonesia, khususnya budaya Sunda, dan memperkenalkan kebudayaan tersebut di pentas internasional, di negara sakura khususnya dan di dunia pada umumnya. Keterlibatan grup Kokar pada acara第一部”世界平和へ祈り sebagai pengisi acara merupakan salah satu bukti kebulatan tekad grup ini untuk merealisasikan tujuannya. Seluruh penonton yang datang dari berbagai negara bisa menikmati merdunya lengkingan suling, deringnya karinding, dentuman celempung, dan petikan kalimba yang meresap di hati. Semua alat musik tersebut merupakan alat musik khas tradisional Indonesia. Meskipun alat musik kalimba berasar dari Afrika Selatan, namun Dhany Irfan sudah memodifikasinya sehingga dentingannya menyerupai kecapi, alat musik khas Indonesia. Pada penampilan ini grup KOKAR membawakan musik tarawangsa. Biasanya, tarawangsa dibawakan hanya dengan alat musik kacapi dan rebab saja. Namun kali ini, tarawangsa tersebut dibawakan dengan berbagai jenis alat musik, yaitu dengan karinding yang dibawakan oleh Angga dan Iwan, Ketruk oleh Firman, Celempung oleh Karyadi dan Nana, Kalimba oleh Asep, dan Suling yang mendayu dibawakan oleh Dhany Irfan. Dengan kolaborasi alat-alat musik tersebut, nuansa musik tarawangsa tetap ada. Apalagi ditambah dengan tarian tarawangsa yang dibawakan oleh Muhi, menambah kentalnya nuansa tatar pasundan pada penampilan grup Kokar ini. Penampilan grup Kokar tersebut benar-benar menghipnotis penonton. Setelah grup kokar selesai melakukan pementasan, para penonton melakukan standing applause yang berarti bahwa mereka sangat menyukai pementasan tersebut. Antusiasme penonton ternyata tidak sampai di situ saja. Setelah grup ini selesai tampil, penonton dari Jepang, Amerika, Nigeria, dan Rusia menghampiri mereka karena merasa tertarik dengan alat musik dan kebudayaan Indonesia, bahkan tawaran untuk melakukan pementasan pun berdatangan. Dan ternyata, antusiasme bukan hanya datang dari penonton saja, tetapi TV local Jepang pun merasa tertarik pada penampilan grup Kokar. TV lokal JCN Coala Katsuchika Chiba mewawancarai grup Kokar mengenai berbagai hal. Bahkan, mereka mengemukakan bahwa ada kemungkinan mereka akan mengundang grup ini untuk tampil dalam salah satu acara TVnya. Berbagai macam rasa berkecamuk dalam benak seluruh anggota Kokar. Rasa bangga dan haru berderai menjadi sebuah ucapan syukur yang tak terhingga karena kerja keras mereka tak sia-sia. Sedikit rasa miris pun berkecamuk dalam benak mereka. Di saat bangsa lain begitu bisa menghargai salah satu budaya bangsa Indonesia, penghargaan dari bangsa sendiri masih sangat kurang. Banyak generasi muda yang tidak bangga akan budayanya sendiri. Mereka lebih bangga dengan budaya bangsa lain yang dianggap lebih hebat dan tidak “kuno”. Semoga penampilan grup Kokar ini bisa sedikit menepis anggapan itu. Terbukti bahwa budaya Indonesia bisa diapresiasi dengan sangat baik di kancah internasional. Hal itu menandakan bahwa budaya bangsa kita begitu menawan, tidak “kuno”, dan menarik untuk diapresiasi dan diekspresikan. Tapi, perjuangan belum selesai! Ini baru sebuah titik awal! Semoga niat mulia anak-anak negeri di perantauan ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, untuk melangkah bersama melestarikan budaya bangsa! oleh Angga Martha Dewangga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H