Mohon tunggu...
Afzar Harianja
Afzar Harianja Mohon Tunggu... Lainnya - Bhumi

Bumi Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadikan Tuhan sebagai Tolak Ukur

29 Oktober 2024   20:57 Diperbarui: 29 Oktober 2024   20:57 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sum"C:\Users\ASUS\Desktop\WhatsApp Image 2024-10-29 at 19.51.35_d69e4a58.jpg"ber gambar

Jadikan Tuhan sebagai yardstick, sebagai tolak ukur. Jadikan Sang Maha Pengasih  dan Maha Penyayang sebagai Penentu dan Penilai setiap tindakan. Dengan cara apa? Dengan cara.....

3. Dedicate all those actions (karma) as worship unto the Lord Jadikan setiap tindakan sebagai persembahan kepada Yang Maha Kuasa

Dengan cara "menjadikan setiap tindakan sebagai persembahan". Inilah tolok ukur yang mesti dipakai.

Dari pagi hingga malam, sejak matahari terbit hingga matahari terbenam, sejak membuka mata, hingga memejamnya, menyangkut hal-hal kecil dan sepele, hingga kegiatan-kegiatan besar dan penting, lakukan itu sebagai persembahan.

Bukalah mata bagi Kebesaran dan Keagungan Ilahi. Berusahalah untuk melihat langit nan luas dan tak terbatas, tak terbingkai. la Yang Maha Luas jauh lebih luas daripada langit yang luas itu---Maha Besar Allah, Maha Suci Rabb!

Saat membuang air besar atau kecil, niatkan dalam hati: "Kuil-Mu ini tengah kubersihkan bagi-Mu, Ya Allah! Berkenanlah untuk senantiasa bersemayam di dalamnya.

Bersemangatlah saat menggosok gigi, saat cuci muka, saat mandi, saat membersihkan tubuh, karena sesaat lagi kita akan berjumpa dengan-Nya. Kita akan bertatap muka dengan-Nya di tengah masyarakat. Bukankah Wajah-Nya ada di mana-mana? Di Barat, di Timur, di Utara, di Selatan.

Bukan saja makanan dan minuman, tetapi bacaan, pikiran, perasaan... persembahkan semuanya kepada Dia... namun, sebelumnya bertanyalah kepada diri sendiri, "Patutkah kupersembahkan semua itu kepada-Nya?"

Bila kita belum memiliki kasih, janganlah berpura-pura.... Persembahkan apa yang Anda miliki, termasuk segala kebencian yang selama ini bersarang di dalam hati dan kalbu  Anda, lalu dengan jujur berucap, "Ya Allah, hanyalah ini yang kumiliki. Tak ada sesuatu lain yang berharga.... Tak sesuatu apa pun lagi yang kumiliki... berkenanlah untuk menerima apa yang kumiliki ini." dan, Anda pun akan kaget sendiri bahwa daam kejujuran iu kebencian Anda seketika berubah menjadi cinta.


Mari kita jadikan setiap tindakan sebagai persembahan kepada Yang Maha Kuasa, tanpa mencari pembenaran terhadap kejahatan yang kita lakukan atas nama agama dan pemahaman kita yang sempit tentang keagamaan. 

Aksi bom bunuh diri bukanlah persembahan kepada Yang Maha Kuasa. Para pembom melakukannya demi surga, demi mati syahid, demi para provokator yang meracuni otak mereka. 

Aksi-aksi jahanam seperti iu dari awal sudah tidak merupakan persembahan. Nia di balik aksi iu  sudah mengkhianati kepercayaan-Nya terhadap kita sebagai khalifah, sebagai pemegang amanah, sebagai wali bagi dunia ini.

la menginginkan kita berlaku sebagai pemelihara, pelestari, penjaga, tetapi kita malah menjadi perusak. la menginginkan supaya kita membawa berkah, tetapi kita malah menyebabkan bencana. Seorang penjahat berdarah dingin membunuh banyak orang atas nama agama dan Tuhan, tanpa mengetahui arti agama, tanpa menyelami keagung an serta kebesaran Tuhan. 

Apa yang dia ke tahui tentang agama dan tentang Tuhan? Bertindak "karena" sesuatu... dan "karena' itulah yang membuat jiwanya tidak kembal ke asal. Berasal dari Allah, ia kembali ke dunia, tidak kembali ke Allah.

Berasal dari Ketinggian yang Tak Terhingga, ia merata dengan tanah, malah menjadi makanan cacing-cacing di bawah tanah. Jiwanya gentayang ke mana-mana, hingga ia tersadarkan bahwa hanya pertobatan yang dapat membebaskannya.

Belajar dari kecelakaan dan nasib mereka yang mengenaskan hendaknya kita........

Anand Krishna. 5 Steps To Awareness. 40 kebiasaan orang yang tercerahkan.  PT. Gramedia. 2008


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun