Mohon tunggu...
Afzar Harianja
Afzar Harianja Mohon Tunggu... Lainnya - Bhumi

Bumi Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bualan Dianggap Kebenaran

25 Juni 2024   22:43 Diperbarui: 25 Juni 2024   22:46 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Bualan Dianggap Kebenaran

Sebagian Orang Percaya betul pada teori-teori konspirasi. Sebagian orang menganggap teori-teori itu bualan belaka, "Pekerjaan otak yang tidak beres, halusinasi!" Padahal, bisa jadi tidak semua teori konspirasi adalah teori belaka. Barangkali ada yang benar. Barangkali, mereka yang menolaknya mentahmentah sama salahnya seperti mereka yang menerimanya secara mentah-mentah.

Guru Besar Adi Shankara menyebut jagat raya berikut seluruh isinya, sebagai mithya. Kata mythos dalam bahasa Yunani, yang kemudian menjadi myth dalam bahasa Inggris berasal dari sumber yang sama, walau maknanya berubah.

Mythos, myth atau mitos dalam bahasa kita berkonotasi negatif sesuatu yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Sementara itu, dalam bahasa Sanskrit, mithya berarti sesuatu yang belum tentu benar, belum tentu tidak benar. Ada dan tiada. Sepertinya ada, sesugguhnya tidak ada. Atau sebaliknya, tidak ada, tapi tampak ada.

Seandainya Kita Memahami sifat jagat raya ini sebagai mithya, maka selesai perkara. Mau konspirasi, mau bukan, mau beneran, mau bualan sama saja. Ada dan tidak ada. Tampak ada, Sesungguhnya tidak ada. Sesungguhnya tidak ada, Tampak ada.

Sayang, duo Hepi dan Ceria tidak memahami hal Itu. Mereka melihat adanya konspirasi di balik segala sesuatu dan semua kejadian di dunia mithya ini, walau respons mereka berbeda.

Kesimpulan Hepi, "Kalau kita hepi-hepi terus, konspirasi macam apa pun tidak dapat memengaruhi kita. Mental semuanya. Ada pandemi, ada virus berasal dari Wulan, Xulan, Yulan atau  Zulan - jangan khawatir. Makan, minum, jalan-jalan, hepi-hepi terus.


"Mau berguling-guling sama babi, sama kambing; atau mau menyembelih sapi atau bebek - suka-suka. Pokoknya hepi terus. Mau ngopi, mau ngeteh, mau ngarak tidak menjadi soal."

Kesimpulan Ceria Beda. Melihat pesawat terbang meninggalkan jejak putih atau trail di langit, ia meneriaki keluarganya, "Lihat, lihat tuh... mereka sedang menaburkan kimia untuk melumpuhkan manusia.

"Sebentar lagi akan terjadi malapetaka, musibah besar. Siap-siap, simpan bahan makanan," kulkas dan lemari dapur di rumahnya sampai penuh dengan berbagai macam makanan kaleng.

Anehnya, Ceria juga percaya bahwa, "Mereka yang takut sama virus dari Wulan, Xulan, Yulan atau Zulan, atau mana pun juga - akan terserang. Mereka yang tidak takut, tidak akan  terinfeksi."

Dia tidak menyadari adanya paradoks antara pernyataannya yang pertama dan kedua. Takut, makanya memborong makanan kaleng. Tidak takut, makanya tidak menanggapi virus.

Hepi dan Ceria boleh berhepi-hepi dan berceria-ria, tapi keluarga mereka pusing tujuh keliling. Sedikit-sedikit konspirasi, sebentarsebentar takut ini dan takut itu, kadang tertawa terbahak-bahak, kadang murung tak ketulungan, sampai terong busuk pun mesti menyerah.

 Ungkapan ke-hepi-an Hepi dan ke-ceria-an Ceria berbeda  tapi di baliknya adalah rasa takut yang mendalam. Hepi berusaha untuk menekannya lebih dalam lagi dengan tertawa terbahak-bahak, walau tanpa alasan. Ceria mengungkapkannya lewat teori-teori konpirasi yang dipercayainya.

Nama mereka merujuk pada satu emosi yang sama - entah disebut hepi, ceria, bahagia, atau apa saja. Namun, nama tinggal nama. Hepi tidak hepi, dan Ceria jauh dari keceriaan.

Mereka berdua tidak memahami sifat mithya jagat raya. Mereka berdua sama-sama terjebak dalam alam asumsi ciptaan mereka sendiri.

Kita Semua Tahu bahwa Tawa itu Sehat. Tapi, apakah kita juga  tahu bahwa tertawa berlebihan juga bisa menyebabkan kematian?

Mau percaya atau tidak percaya pada teori konspirasi adalah hak seseorang. Tapi, bagaimana jika kepercayaan seperti itu membuat Anda, bahkan keluarga Anda hidup dalam ketakutan?

Apa yang terjadi pada Hepi dan Ceria - saya tidak mau menjelaskan detilnya adalah sebuah tragedi. Tragedi, Yang sesungguhnya dapat dihindari. Belum waktunya mereka meninggalkan dunia yang bersifat mithya ini, if only, seandainya mereka memahami sifat mith a itu sendiri.

Walau sudah tidak bersama kita lagi, mercka berdua meninggalkan banyak memori, banyak cerita-cerita indah dari suatu rnasa ketika mereka belum membentuk kepercayaan yang keliru, kepercayaan yang menyebabkan pcnderitaan bagi keluarga yang ditinggal. Semoga kita tidak terjebak dalam. . .

sumber  : Anand Krishna. Hidup Maati Disini, Mau Kemana lagi ?

Publisher: Pusat Studi Veda & Dharma 

https://www.anandkrishna.net/hidup-mati-di-sini-mau-ke-mana-lagi-kisah-kisah-kehidupan-menembus-kelahiran-dan-kematian/

Anand Krishna, Buku Anand Krishna, Meditasi Anand Krishna  

Dapatkan Buku-Buku Spiritual, Meditasi, Yoga dan Budaya Buah Karya Anand Krishna

Info Pembelian Buku: SMS/WA Order: 0878 8511 1979 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun