Mohon tunggu...
Afzalu Rohman
Afzalu Rohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UIN

Seorang Mahasiswa Jurnalistik Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Retorika dan Dakwah: Pengembangan Ilmu dan Keterampilan dalam Berdakwah

25 Juni 2024   04:15 Diperbarui: 25 Juni 2024   04:30 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh Syamsul Yakin dan Afzalu Rohman

(Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Hubungan antara retorika dan dakwah sangat erat. Retorika dapat didefinisikan sebagai seni berbicara, sedangkan dakwah secara definitif berarti mengajak dengan cara berbicara. Dakwah yang dilakukan dengan bahasa yang indah dapat memesona para pendengar. Inilah yang disebut bentuk dakwah billisan.

Retorika mengenal komunikasi verbal dan nonverbal. Dalam dakwah, dikenal bentuk dakwah billisan dan bilkitabah (tulisan). Selain itu, dakwah juga dilakukan dengan cara tatap muka dan tatap maya, yang disebut bentuk dakwah bilhal. Dakwah bilhal dapat dilakukan secara online maupun offline. Dalam retorika, dikenal bahasa tubuh dan gerakan tubuh, yang dalam bahasa dakwah disebut sebagai menyampaikan keteladanan atau role model.

Retorika berkembang dari seni berbicara menjadi ilmu berbicara, sedangkan dakwah juga berkembang dari kegiatan agama menjadi kajian agama. Retorika bermula sebagai warisan budaya kemudian berkembang, sedangkan dakwah juga berkembang menjadi ilmu dakwah yang sistematis, logis, dan dapat diverifikasi.

Tujuan retorika adalah menyampaikan pesan secara informatif, persuasif, dan rekreatif. Pesan dakwah yang terdiri dari akidah, syariah, dan akhlak dapat disampaikan secara informatif, persuasif, dan rekreatif. Bahkan tujuan retorika dan dakwah, pada batas tertentu, sama-sama edukatif.

Dalam konteks tujuan retorika persuasif, dakwah memiliki metode dakwah, yakni bilhikmah, ceramah, dan diskusi yang harus disampaikan dengan lemah lembut. Dalam pengembangan retorika disyaratkan menggunakan bahasa baku, berdasar data dan riset, syarat yang sama berlaku bagi dakwah, baik billisan, bilkitabah, dan bilhal. Apalagi kalau menimbang para pendengar kian kritis dan rasional.

Dalam retorika, Aristoteles memperkenalkan pathos, logos, dan ethos, yang para dai harus memiilki ketiganya, baik intelektual maupun spiritual. Namun dalam konteks pathos, ekspresi sedih atau gembira para dai bukan retorika semata.

Berdakwah haruslah menguasai retorika verbal dan nonverbal. Sebaliknya, beretorika juga diharapkan memasukkan konten dakwah, baik akidah, syariah, dan akhlak. Dakwah tanpa retorika lumpuh, retorika tanpa muatan dakwah buta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun