Setiap manusia mempunyai hati dan sifat yang berbeda-beda dalam mendahulukan pilihan kegiatan yang akan diambil. Untuk memilih kegiatan yang didahulukan, seseorang bisa memilih antara kebutuhan atau kewajiban. Hal ini biasanya dihadapi oleh peserta didik yang mempunyai masalah dalam menentukan pilihan baik dalam kegiatan ekstrakulikuler maupun yang lainnya. Biasanya hal seperti itu dianggap sebagai hal yang biasa karena belum mengerti efek atau hal yang akan terjadi kedepannya.
Mengambil keputusan karena kewajiban biasanya diambil oleh peserta didik yang mencari aman. Padahal, apabila peserta didik tersebut mengambil keputusan yang bersifat kebutuhan, dia akan dapat mengetahui dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Tetapi, karena ada alasan lain yang membuat seorang peserta didik takut dan akhirnya memenuhi kewajibannya dulu, potensi yang masih ada dan belum diterapkan tidak akan terlihat. Alasannya seperti karena setiap kegiatan memerlukan waktu yang tidak sebentar, maka dari itu dia memilih mencari amannya saja.
Setiap ada permasalahan mengenai pilihan yang bersangkutan dengan kegiatan yang bersifat wajib, seseorang memilih mencari aman. Oleh karena itu, di dalam sekolahan seharusnya guru pembimbing dan konseling itu menyiapkan trik atau strategi agar semua peserta didiknya apabila mempunyai masalah dapat disampaikan dan diselesaikan dengan baik dan benar, agar apabila di dalam diri peserta didik itu ada potensi yang belum diketahui dapat diterapkan selanjutnya. Sangat merugikan apabila tidak diterapkan karena hal tersebut setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda.
Mengambil keputusan yang mendahulukan kebutuhan setiap individu memiliki persepsi yang berbeda karena diri setiap individu ingin mengetahui apa yang seharusnya diterapkan kedepannya dan bisa bermanfaat dikemuduan harinya. Peserta didik yang memilih keputusan karena kebutuhan biasanya mempunyai jiwa sosial dan organisatoris karena dia mampu mengambil keputusan dan melakukan kegiatan yang bersifat kebutuhan pribadi dari hasil diri sendiri tanpa bantuan orang lain untuk memilihnya. Individu yang seperti ini yang masih belum terlihat maksimal di sekolah sekarang.
Peserta didik yang biasanya mementingkan kebutuhan pribadinya untuk mengasah potensi dirinya memang masih jarang terlihat di berbagai sekolah. Alasannya ada yang seperti yang dicontohkan di atas, maupun ada alasan lain yang mempengaruhi, seperti apabila seorang peserta didik mengambil keputusan karena kebutuhan, dia akan dilihat oleh temannya sebagai orang pintar dan mungkin tidak mau bergaul dengan teman yang sederhana yang cuma menjalankan kewajiban saja. Padahal hal yang seperti itu belum pasti ada dipikiran teman.
Dari dua permasalahan yang ada, lebih baik setiap sekolahan mungkin program bimbingan dan konseling dapat diterapkan mulai di sekolah dasar, karena alasan perkembangan peserta didik yang ada disekolah jenjang menengah pertama akan menempuh jalan yang mudah karena pada waktu dia berada di sekolah dasar dia sudah mendapatkan bimbingan yang mengarah pada jenjang selanjutnya. Hal yang seperti itu masih belum ada di lembaga pendidikan, kebanyakan program bimbingan dan konseling diterapkan mulai pada tingkat Sekolah Menengah Pertama. Sekolah dasar sebenarnya tidak salah apabila diterapkan program bimbingan dan konseling karena setiap peserta didik pasti memiliki masalah baik itu pilihan, mencari teman, menentukan tujuan. Program yang bisa memfasilitasi peserta didik akan sangat berharga apabila sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H