[caption id="" align="aligncenter" width="618" caption="Sumber Foto: Kompas.com"][/caption]
Beberapa jam yang lalu saya terperangah membaca sebuah berita yang dimuat di salah satu media elektronik (disini) bahwa Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengancam akan mencopot lambang Garuda dari kostum Timnas Indonesia apabila PSSI tidak mau memenuhi panggilan Tim Sembilan bentukannya dan tidak tunduk pada aturan yang berlaku di Indonesia. Beliau mengatakan bahwa jika PSSI masih berlindung dibalik FIFA mungkin saja tidak boleh memakai nama Indonesia atau merah putih lagi, dan lambang Garuda pun harus dilepas.
Bisa dipahami memang kenapa Imam Nahrawi terlihat sangat geram dengan sikap PSSI ini, karena pada dasarnya memang sikap PSSI yang terkesan tertutup dan anti terhadap kritik pihak luar namun tidak mampu memberikan kinerja positif bagi persepakbolaan Indonesia ini memang sudah sangat keterlaluan. Ajakan Kemenpora untuk duduk bersama membahas banyaknya permasalahan serta minimnya prestasi sepakbola Indonesia beberapa waktu belakangan ini tidak digubris sama sekali oleh PSSI, sikap kurang respect PSSI ini ditambah lagi dengan banyaknya desakan dari sebagian masyarakat agar pemerintah mereformasi kepengurusan PSSI saat ini, yang akhirnya membuat Kemenpora membentuk Tim Sembilanyang bertugas mengawasi langsung kinerja PSSI (Tim Sembilan bentukan Kemenpora pernah dibahas diartikel sebelumnya disini).
Yang patut disayangkan dan terkesan berlebihan adalah ucapan Imam Nahrawi yang akan mencabut lambang garuda serta tidak memperbolehkan penggunaan nama Indonesia ketika Timnas bertanding. Mengapa berlebihan, karena ucapan sang menteri ini sama sekali tidak nyambung dan tidak sesuai dengan konteks permasalahan yang sedang terjadi antara mereka dan PSSI. Permasalahan yang terjadi saat ini ialah permasalahan antara Pemerintah dengan PSSI terkait banyaknya masalah yang terjadi disepakbola Indonesia termasuk buruknya pengelolaan sepakbola Indonesia oleh PSSI.
Ucapan Kemenpora untuk tidak memperbolehkan timnas memakai nama serta lambang garuda jika PSSI tidak mau memenuhi panggilan Tim Sembilan dan terus berlindung dibalik nama FIFA tersebut justru seakan-akan menganggap bahwa Timnas yang ada saat ini ialah Timnas yang mewakili PSSI dan FIFA bukan Negara Indonesia, keliru jika menganggap bahwa Timnas yang tampil dieven-even Internasional dibawah naungan FIFA adalah mewakili PSSI, Tim Nasional Indonesia adalah milik bangsa Indonesia karena membawa dan mewakili nama Indonesia ketika tampil diajang resmi Internasional, dengan PSSI dan FIFA sebagai federasi yang menaunginya, dengan melarang menggunakan nama Indonesia dan lambang garuda nya ketika tampil di even-even Internasional FIFA tidak serta merta mengubah perspektif bahwa tim yang tampil dieven tersebut bukanlah Timnas Indonesia, dan dengan melarang menggunakan nama Indonesia serta mencopot lambang garuda saat Timnas bertanding pun tidak akan mengubah situasi sepakbola bangsa ini menjadi lebih baik, justru akan memperkeruh suasana yang memang sudah memanas sejak awal antara kedua pihak ini.
Ucapan sang Menteri ini justru menyiratkan bahwa pemerintah seolah tak kuasa menghadapi sikap PSSI saat ini. Banyak sekali sebenarnya solusi cerdas yang bisa diterapkan atau digunakan oleh Kemenpora untuk bisa turut membenahi sepakbola Indonesia khususnya dalam hal pembenahan ditubuh PSSI. Ancaman Kemenpora untuk tidak mengeluarkan rekomendasi izin pertandingan kompetisi dibawah naungan PSSI merupakan satu dari sekian banyak solusi cerdas yang bisa dilakukan Kemenpora untuk dapat menekan PSSI agar dapat bekerja lebih profesional, ditambah lagi dengan turut campurnya BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia dibawah naungan Kemenpora) dalam memverifikasi serta mengaudit para peserta kompetisi ISL dapat membuat PSSI berada dalam posisi terjepit sehingga tidak ada pilihan lain selain mengikuti aturan-aturan berlaku yang dibuat Pemerintah, maupun yang mereka buat sendiri.
Terkai klaim PSSI bahwa mereka tidak dapat diintervensi Pemerintah, dimana Intervensi tersebut akan membuat Indonesia mendapatkan suspend oleh FIFA bukanlah sesuatu yang harus disikapi berlebihan oleh Kemenpora. Mereka dapat mempelajari serta meneliti aturan FIFA terkait intervensi tersebut, bahkan mereka juga dapat berkomunikasi serta berdialog langsung dengan FIFA jika memang dirasa perlu terkait klaim PSSI tersebut, mereka dapat mempertanyakan posisi pemerintah dan hak-hak yang dimiliki pemerintah terkait urusan sepakbola negaranya langsung ke FIFA.
Kita semua berharap agar kedua pihak ini dapat duduk bersama dengan kepala dingin, membahas situasi sepakbola Negara ini yang kian hari kian memburuk dan dapat segera dicarikan solusinya. Semua berharap agar PSSI bisa introspeksi diri, bisa lebih terbuka dan transparan serta tidak menutup diri dari pihak-pihak lain baik pemerintah atau lembaga lainnya yang sebenarnya beritikad baik untuk mengajak bersama-sama membangun sepakbola bangsa ini untuk bisa berprestasi dan lebih baik lagi pengelolaanya kedepannya.
Sepak bola suatu Negara bisa maju dan berprestasi karena semua pihak baik pemerintah maupun organisasi sepakbolanya dapat saling bersinergi dan bersama-sama membangun sepakbolanya, sebaliknya suatu Negara tidak akan pernah maju dan berprestasi jika pemerintahannya dan juga induk sepakbola nya hanya berkutat dengan konflik dan kepentingan pribadinya masing-masing tanpa memikirkan arah kedepan sepakbola bangsanya tersebut. Kita semua mendukung langkah-langkah dari pemerintah yang ingin juga berperan serta mendorong kemajuan sepakbola nasional bangsa ini,namun langkah-langkah tersebut juga haruslah berdasarkan perencanaan yang matang dan cerdas, bukan hanya dengan berwacana dan mengeluarkan statement-staement yang tidak perlu yang sama sekali tidak memiliki efek nyata dalam mendorong kemajuan sepak bola nasional.
Salam,,,
Sumber:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H