[caption id="" align="aligncenter" width="596" caption="gambar: bola.kompas.com"][/caption]
Perseteruan antara PSSI dan Kemenpora memasuki babak baru, kali ini PSSI dibawah pimpinan La Nyalla yang statusnya telah dibekukan Kemenpora berada sedikit diatas angin. Pasalnya FIFA secara resmi mengakui hasil Kongres Luar Biasa PSSI 18 April 2015 yang lalu dimana secara otomatis FIFA juga mengakui kepengurusan PSSI baru dibawah kepemimpinan La Nyalla Mataliti.
Diakuinya kepengurusan PSSI dibawah komando La Nyalla Mataliti ini oleh induk sepakbola tertinggi didunia ini bukan isapan jempol belaka. Pasalnya dilaman resmi FIFA (disini) sudah tercantum nama La Nyalla Mataliti sebagai ketua umum PSSI yang baru menggantikan Djohar Arifin. Selain nama La Nyalla, dilaman resmi FIFA inipun terdapat nama sekjen PSSI yang dijabat oleh Djoko Driyono dan juga pelatih Tim Nasional yang masih tercantum nama Benny Dollo.
Sebelumnya PSSI dibawah kepengurusan baru inipun telah mendapatkan pengakuan dan ucapan selamat dari Federasi sepakbola Asia atau AFC. Pengakuan dan ucapan selamat inipun disampaikan langsung oleh Presiden AFC, Salman Bin Ebrahim Al Khalifa beberapa waktu yang lalu.
Dengan keluarnya pengakuan pengurusan PSSI oleh Federasi tertinggi sepakbola dunia ini (FIFA) menarik untuk ditunggu reaksi dari Kemenpora menaggapi sikap FIFA tersebut, apakah Kemenpora tetap pada pendiriannya untuk tetap membekukan dan tidak mengakui kepengurusan PSSI dibawah pimpinan La Nyalla Mataliti atau justru sebaliknya Kemenpora akan melunak dan mencabut keputusannya membekukan kengurusan PSSI saat ini.
Jika nantinya Kemenpora tetap pada pendiriannya dengan tidak mengakui kepengurusan PSSI dan akan tetap melakukan proses transisi kepengurusan PSSI, maka patut dicermati seperti apa langkah kongkret yang akan dilakukan Kemenpora agar sikap dan langkahnya tersebut bisa mendapatkan dukungan dari semua pihak khususnya dari FIFA dan anggota PSSI lainnya termasuk operator kompetisi dan juga para pemegang hak suara (voters) PSSI.
Karena seperti banyak diberitakan di media, upaya Kemenpora dalam melakukan proses transisi ini nantinya perlu mendapatkan dukungan dari mayoritas anggota PSSI khususnya dukungan oleh para pemegang hak suara atau voters, karena merekalah yang nantinya akan melakukan pemilihan kepengurusan baru PSSI melalui mekanisme Kongres, dimana Kemenpora melalui tim trasisinya hanya akan bertugas sebagai pelaksana sementara kepengurusan PSSI dan berperan sebagai fasilitator jalannya kongres pemilihan dan pembentukan pengurus baru PSSI.
Konflik yang terjadi antara dua lembaga ini semakin meruncing dan menimbulkan efek kurang baik bagi keberlangsungan sepakbola Indonesia, kompetisi Liga Indonesia pun saat ini semakin tidak jelas arahnya, bahkan banyak pelaku sepakbola yang mulai merasakan dampak dari berhentinya kompetisi musim ini.
Lagi-lagi kita sebagai supporter dan pecinta sepakbola Indonesia hanya bisa berharap dan berdoa agar konflik ini benar-benar bisa segera ditemukan solusi penyelesaiannya. Sudah waktunya bagi para stakeholder Negeri ini bahkan jika memungkinkan Kepala Negara Republik inipun diharapkan bisa turun tangan langsung menengahi konflik yang terjadi antara dua lembaga ini. Bagaimana bisa kita bicara tentang prestasi jika para petingginya hanya ribut memperebutkan kursi tanpa ada upaya sedikitpun mencari solusi.
Salam,,,
Sumber: Disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H