Dalam sepak bola gol bunuh diri merupakan gol dimana pemain dari salah satu tim memasukan bola kegawangnya sendiri sehingga disahkan menjadi gol bagi tim lawan. Umunya gol bunuh diri tercipta akibat faktor kelalaian sang pemain atau bisa jadi karena faktor ketidaksengajaan contohnya adalah ketika pemain salah dalam mengantisipasi bola ketika mengahadapi serangan lawan, yang niatnya ingin membuang bola agar jauh dari pertahanan malah justru meluncur ke gawang sendiri.
Namun apakah logis jika dalam satu pertandingan terjadi gol bunuh diri karena faktor ketidaksengajaan hingga “lima kali” ??? ya faktanya hal itu memang ada dan benar-benar terjadi, lebih tepatnya terjadi di Indonesia negeri kita sendiri, parahnya lima gol yang dicetak dari hasil gol bunuh diri ini terjadi lima belas menit menjelang berakhirnya laga, miris sekali. Padahal beberapa waktu belakangan PSSI selaku induk organisasi sepak bola kita sedang gencar gencarnya menggembar-gemborkan penegakkan “FairPlay” dan anti Match Fixing disetiap pertandingan sepakbola baik di Liga domestik maupun Internasional.
Lima Gol bunuh diri ini terjadi di laga lanjutan babak delapan besar divisi utama yang mempertemukan tuan rumah PSS Sleman melawan PSIS Semarang di Stadion Sasana Krida, Sleman, Yogyakarta, Minggu (26/10). Pertandingan yang berlangsung tanpa dihadiri oleh penonton ini berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan PSS Sleman, lima gol yang tercipta dipertandingan ini “murni” merupakan hasil dari gol bunuh diri. Semua gol tersebut terjadi di babak kedua tepatnya diawali di menit 78’ hingga berakhirnya laga. Sejak awal pertandingan kedua tim seperti tidak ingin memenangkan pertandingan. Kedua tim yang sebenarnya sudah dipastikan lolos ke babak semi-final ini bermain monoton sepanjang pertandingan, entah apa penyebab kedua tim ini seolah-olah ingin menghindari kemenangan. Namun ada isu yang berhembus yang belum dapat dikonfirmasi kebenaranya di media sosial, bahwa kedua tim saling berusaha menhindari kemenangan karena ada motif tertentu yang dapat dikatakan sebagai tindakan yang melanggar nilai-nilai sportifitas.
PSSI harus segera bertindak dan secepatnya mengusut masalah ini, apa yang sebenarnya terjadi di pertandingan ini, apakah benar telah terjadi kecurangan ataupun terjadi pelanggaran terhadap sportifitas yang dilakukan kedua tim yang bertanding, seperti yang sedang hangat diperbincangkan banyak orang baik di media sosial maupun elektronik saat ini. Dan apabila terbukti nanti bahwa benar kedua tim bermain tidak sportif, PSSI wajib bertindak tegas dan wajib memberi sangsi kepada kedua tim, karena hal ini sangat memalukan dan mencoreng wajah sepakbola Indonesia yang saat ini sedang berusaha membangun Industri sepakbolanya menjadi lebih maju.
Dalam setiap bidang Olahraga khususnya sepakbola sikap fairplay dan Sportifitas harus dijunjung tinggi oleh setiap pelakunya baik para Stakeholder, Pemain, Pelatih, Ofisial tim, maupun supporter. Karena sejatinya Olahraga khususnya Sepak bola merupakan salah satu wahana bagi setiap orang untuk mengembangkan karakter dalam kehidupanya untuk menjadi pribadi yang baik, dan jujur. Sepak Bola adalah media hiburan bagi sebagian besar masyarakat di dunia baik dewasa maupun anak-anak, alangkah tidak eloknya apabila hiburan masyarakat ini dicoreng atau dirusak dengan tindakan tindakan negatif yang dilakukan oleh para insan sepakbola tersebut, terlebih lagi apabila tindakan negatif para pelaku sepak bola tersebut disaksikan oleh anak-anak dan memberi pengaruh negatif terhadap perkembangan anak.
“KALAH MENANG ITU BIASA, TAPI MAMPU BERSIKAP SPORTIF ITU BARU LUAR BIASA”
Rujukan:
http://jateng.tribunnews.com/2014/10/26/lima-gol-bunuh-diri-warnai-laga-pss-vs-psis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H