[caption id="" align="aligncenter" width="599" caption="foto: bola.kompas.com"][/caption]
Kabar terbaru kembali datang dari Kemenpora, setelah beberapa waktu menunda untuk mengumumkan nama-nama anggota tim transisi yang nantinya ditugaskan mengambil alih sementara peran dan fungsi pengurus PSSI yang telah dibekukan kepengurusannya oleh Kemenpora melalui surat bernomor 01307 tertanggal 17 April 2015, akhirnya hari ini, Jum'at (08-05-2014) Menpora Imam Nahrowi resmi mengumumkan nama-nama anggota tim transisi terpilih yang terdiri dari 17 orang dari berbagai bidang disiplin.
Dalam daftar 17 nama anggota yang terpilih ini, terdapat beberapa nama yang cukup menarik perhatian, ada nama Ridwan Kamil yang kita tahu merupakan walikota Bandung, ada nama mantan ketua KPK, Bibid Samad Rianto, dan ada nama mantan pesepakbola Indonesia Ricky Yacobi. (daftar lengkap nama anggota tim transisi bisa dilihat disini)
Ke-17 orang terpilih ini nanti selain bertugas untuk menggantikan sementara kepengurusan PSSI, mereka juga memiliki tugas untuk memutar kompetisi. Tugas memutar kompetisi inilah yang cukup menarik, karena sebelum diumumkannya nama-nama anggota tim transisi ini, baik operator kompetisi maupun klub-klub kontestan Liga Indonesia (ISL dan Divisi Utama) sepakat untuk menolak mengikuti kompetisi sepakbola selain dibawah supervisi PSSI. Menarik untuk disimak langkah pendekatan seperti apa yang akan dilakukan oleh tim transisi ini agar klub-klub kontestan kompetisi ini mau berkompetisi dibawah supervisi mereka dan Kemenpora.
Tugas tim transisi lainnya yang menarik untuk dibahas ialah terkait perannya sebagai fasilitator pembentukan PSSI baru melalui mekanisme FIFA. Belum jelas apakah pembentukan PSSI baru ini adalah pembentukan pengurus baru atau justru lebih ekstrem lagi dengan membentuk Federasi sepakbola baru.
Jika Kemenpora mengatakan bahwa pembentukan PSSI baru mengacu pada mekanisme FIFA, artinya yang akan dibentuk ini bisa jadi adalah kepengurusan baru bukan federasi baru. Disinilah letak menariknya, untuk merealisasikan keinginannya melakukan proses transisi kepengurusan PSSI yang baru tersebut, Tim transisi memerlukan dukungan pihak-pihak yang memang memiliki keterikatan langsung dengan sepakbola Indonesia khususnya dengan PSSI.
Dukungan paling nyata dan paling dibutuhkan Kemenpora dan tim transisi-nya agar proses membentuk kepengurusan baru ini bisa terealisasi adalah melalui pemegang hak suara PSSI (voters) dimana merekalah pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk memilih dan menentukan siapa yang berhak menjadi pengurus PSSI baik Ketua umum, Wakilnya hingga anggota Exco melalui mekanisme Kongres.
Selain itu Kemenpora pun beberapa waktu yang lalu juga menyatakan bahwa pihaknya akan sesegera mungkin mendatangi serta menjelaskan kepada FIFA terkait permasalahan yang terjadi di sepakbola Indonesia sekaligus menjelaskan perihal keputusan mereka yang membekukan kepengurusan PSSI hasil KLB Surabaya beberapa waktu yang lalu.
Langkah yang dilakukan Kemenpora yang akan mendatangi FIFA sekaligus menjelaskan alasan mereka membekukan kepengurusan PSSI ini sebenarnya adalah langkah tepat namun kurang cepat, dimana Kemenpora seharusnya bisa sedari awal bergerak cepat melakukan pendekatan dengan FIFA setelah mereka memutuskan untuk membekukan kepengurusan PSSI.
Selain berupaya agar Indonesia tidak mendapatkan sanksi FIFA terkait intervensi pemerintah ini, langkah pendekatan dengan FIFA ini juga sebenarmya bisa dijadikan momen oleh Kemenpora untuk mencari dukungan FIFA, agar langkahnya yang ingin melakukan transisi kepengurusan PSSI bisa berjalan dan direstui oleh Federasi sepakbola tertinggi Dunia ini.
Patut ditunggu seperti apa kiprah, langkah serta gebrakan yang akan dibuat tim transisi bentukan Kemenpora ini kedepannya, akankah tugas mereka ini nantinya berjalan sesuai harapan banyak pihak dan benar-benar mengubah wajah sepakbola Indonesia menjadi lebih baik, atau malah sebaliknya justru langkah mereka ini kian memperuncing konflik antara PSSI dan Kemenpora yang sudah seperti benang kusut ini.
Komunikasi dan pendekatan lebih intens dengan banyak pihak terkait, memang perlu dan wajib dilakukan oleh Kemenpora dan tim transisi bentukannya jika rencana mereka melakukan proses transisi ini ingin benar-benar terealisasi. Namun jika nantinya apa yang dilakukan dan diupayakan oleh Kemenpora ini menemui jalan buntu, mau tidak mau Kemenpora sebaiknya mulai berfikir untuk melakukan komunikasi, mediasi atau dialog dengan PSSI untuk mencari langkah lain menyelamatkan sepakbola Indonesia.
Karena kita tidak bisa terus menerus melihat sepakbola Indonesia berada dalam kondisi penuh ketidakpastian dan terbelenggu dengan konflik yang terjadi saat ini. Pembinaan pemain usia muda, tata kelola kepengurusan, serta peningkatan prestasi sepakbola Indonesia adalah hal yang harusnya dipikirkan dan menjadi fokus utama baik oleh Pemerintah maupun PSSI saat ini.
Akhir kata penulis ingin mengutip sebuah kalimat tanggapan terkait kisruh yang terjadi di persepakbolaan Indonesia saat ini dari salah satu pesepakbola nasional yang sudah merasakan asam garam hidup di dunia si kulit bundar Indonesia, dia adalah sang ikon tim Macan Kemayoran Persija Jakarta, Bambang Pamungkas.
“Kedewasaan sebuah bangsa tidak hanya terlihat dari bagaimana mereka menghargai adanya perbedaan pendapat. Namun lebih dari itu adalah sejauh mana mereka mampu mencari solusi dari setiap permasalahan yang terkait dengan perbedaan tersebut, sesuai dengan aturan-aturan dan kaidah yang berlaku”
Salam,,,
Sumber Rujukan:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H