Anehnya ada salah seorang remaja yang baru pulang dari Medan menuju ke Aceh Selatan dinyatakan positif Covid-19. Sudah lebih sebulan di karangtina di Tapaktuan, tapi  masih terlihat sehat dan  tidak terlihat bahwa dia positif Covid-19. Walaupun sudah dilakukan swab sebanyak tiga kali.
Padahal berdasarkan informasi yang disampaikan pemerintah di tengah masyarakat bahwa pasien yang suspec Covid-19 akan terlihat apakah positif atau negatif setelah tujuh atau sampai sepuluh hari dikarangtina.
 Sementara remaja ini sudah lebih dua puluh hari tidak terlihat adanya gejala-gejala yang membahayakan keselamatan jiwanya. Walaupun berdasarkan pemantauan pihak rumah sakit remaja ini masih positif. Bahkan ada pasien suspec Covid-19, melarikan diri dari rumah sakit tersebut. Karena dia merasa bahwa ia tidak mengalami gejala suspec Covid-19.
Gejala apa ini?? Apa yang menyebabkan masyarakat Aceh tergolong nekad dan seakan merasa kebal terhadap wabah virus corona?? Sehingga seakan-akan masyarakat tidak lagi percaya dengan akibat yang ditimbulkan oleh wabah corona??Â
Adakah suatu kebiasaan masyarakat yang menyebabkan mereka  merasa kebal terhadap wabah Covid-19?? Sehingga mereka cenderung mempersepsikan bahwa pademi Covid-19 merupakan wabah biasa saja. Atau mungkin juga mereka sudah muak dan frustasi dengan kondisi yang tidak jelas ini. Mengapa hal ini tidak diteliti lebih akurat dan komprehensif ?
Oleh karena belum adanya penelitian yang terkait dengan ketahanan masyarakat Aceh dalam menghadapi pademi Covid-19 ini, mengakibatan timbul berbagai asumsi-asumsi yang cenderung spekulasi di tengah masyarakat. Sehingga berkembang menjadi asumsi-asumsi liar yang tidak jelas tolak ukurnya.
Untuk itu pemerintah  harus melakukan penelitian secara akurat dan komprehensif dalam berbagai aspek terhadap sikap  masyarakat Aceh. Baik dari aspek  management penanganan Covid, aspek kesehatan, drainase, daya tahan tubuh dan karakter masyarakat, pola makan, atau maupun dampak daya sprituil masyarakat.  Maupun berbagai faktor lainnya.
 Sebab  sampai saat ini belum adanya tanda-tanda kapan berakhirnya wabah covid-19. Apalagi tidak ada informasi yang jelas tentang apakah pademi ini dapat diatasi atau tidak. Sebab tidak siapa yang dapat menjelaskannya. Terlebih tidak adanya data yang akurat sampai sejauhmana efektifitas strategi  pemerintah dalam  pencegahan bahaya pademi Covid-19.Â
Sehingga semakin lama  menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pihak pemerintah dalam  menangani Covid -19 sangat rendah. Dan jangan heran masyarakat akan mencari jalan sendiri menghadapi masalah ini. Karena tidak percaya lagi dengan siapapun.
Menurut hemat penulis, penelitian ini dapat difokuskan pada kearifan lokal masyarakat Aceh, baik dari aspek daya tahan  sprituil maupun pola makan masyarakat Aceh.
Agar dapat  menjadi bahan pembelajaran bagi semua pihak. Sehingga dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang signifikan terhadap daya tahan masyarakat Aceh  dapat bertahan di tengah gempuran wabah Covid -19  dapat menjadi bahan studi dan sekaligus dapat menjadi model  dalam upaya pencegahan wabah tersebut.Â