[caption id="" align="aligncenter" width="550" caption="citizen journalist/digitaljournal.com"][/caption] Fenomena menjamurnya pewarta warga (citizen journalism) yang ikut berbaur dalam dinamika interaksi masyarakat dunia, khususnya di Indonesia semakin memudahkan keadaan mengalirnya informasi secara cepat dan mudah. Terkadang pewarta warga merasa ragu-ragu untuk menampilkan sebuah berita hanya karena takut konten berita yang bersangkutan dituntut validitasnya, keakuratannya, serta keseimbangannya, sebagaimana digariskan secara baku dalam Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Padahal, sejatinya pewarta warga (citizen journalist) bukanlah wartawan profesional. Pewarta warga tidak bisa dipengaruhi atau dituntut apapun atas nama KEJ. Hal tersebut dikemukakan oleh Iskandar Zulkarnaen, wartawan Kompas sekaligus admin Kompasiana.com dalam acara Kompasiana Blogshop yang digelar di Diamond Convention Center, Solo Sabtu (29/1) siang. "Warga bukan wartawan, jadi tidak kena Kode Etik Jurnalistik." katanya yang menjadi pembicara dalam acara itu. Lebih lanjut Isjet (panggilan akrab Iskandar) menjelaskan bahwa pada hakikatnya warta warga berbeda dengan jurnalistik. Dalam ranah profesional, warta warga memiliki ciri khas sendiri karena tidak terikat dalam hukum-hukum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Selanjutnya, pewarta warga dalam memberikan laporan kejadian (reportase) tidaklah harus sesuai dengan kode-kode yang diatur oleh PWI dalam masalah etika. Pewarta warga melaporkan hal-hal menarik dalam sebuah berita kejadian. Hal itulah yang membedakannya dengan wartawan yang mengutamakan ketepatan dan aktualitas berita . Memang, imbuhnya lagi, dalam penyajian berita seorang CJ tetap harus mengikuti kaidah pelaporan kejadian yang mudah dimengerti, semisal setidaknya memenuhi unsur 5W + 1H*. Akan tetapi, sifat pemberitaan warga yang lebih fleksibel dan bersifat insidental, maka yang terpenting adalah menyampaikan kejadian kepada publik secepatnya, berdasarkan fakta-fakta atau keterangan yang ada saat itu. Dijelaskan pula, bahwa untuk menjaga validitas berita hasil warta warga yang kemudian ditampilkan dalam media arus utama, biasanya pihak editor sebuah media PWI akan langsung mengonfirmasi kebenaran berita tersebut kepada si pewarta warga. Hal ini juga dimaksudkan agar kebenaran informasi berdasarkan data-data pewarta warga (semisal dalam bentuk foto waktu kejadian) bisa diteruskan menjadi berita di media-media arus utama, lengkap dengan validitas kejadian yang sebenarnya di lapangan. Kompasiana Blogshop merupakan salah satu rangkaian acara Kompas Gramedia Fair yang dilaksanakan rutin di beberapa kota. Selain masalah warta warga (citizen journalism), dalam blogshop tersebut dijelaskan beberapa teknis penulisan dan pengelolaan berita warga di media sosial Kompasiana.com hingga rubrikasi tulisan/ Salah satu hal yang juga menarik adalah fakta informatif dari tim admin bahwa catatan perjalanan wisata, yang biasanya oleh penulisnya disajikan dalam tutur kalimat yang lebih mirip diari atau catatan pengalaman, dalam situs media sosial Kompasiana.com sejatinya tergolong rubrik REPORTASE. Alasannya, catatan perjalanan wisata menggambarkan kegiatan pelakunya selama melakukan trip, guna memberikan informasi kepada publik perihal apa saja yang perlu diketahui dalam proses perjalanan tersebut. Jadi, sepertinya anggapan beberapa pihak selama ini yang menganggap catatan perjalanan bukanlah reportase, salah adanya. Selain blogshop, Kompas Gramedia Fair Solo 2011 ini juga dilengkapi dengan acara bedah buku yang diisi oleh Wisnu Nugroho, wartawan Kompas yang juga penulis buku Tetralogi Sisi Lain SBY. [afs]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H