Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Tertutup?

17 Januari 2011   14:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:28 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Malam ini SBY mengadakan pertemuan dialogis dengan sejumlah tokoh lintas agama di Istana Kepresidenan Jakarta. Pertemuan ini diinisiasi presiden menyikapi pandangan para tokoh lintas agama yang beberapa hari lalu memaparkan 9 kebohongan lama dan 9 kebohongan baru pemerintah. Setelah akhirnya para tokoh lintas agama ini secara resmi memaparkan 7 butir pandangan resmi mereka dengan menyebut pemerintah telah mengingkari UUR 1945, malam ini para perwakilan mereka difasilitasi langsung berdialog dengan SBY. Namun, satu hal yang tidak diharapkan oleh Din Syamsudin terjadi. Pertemuan dialog tokoh-tokoh lintas agama-SBY tersebut dilangsungkan secara tertutup. Wartawan hanya diperbolehkan meliput pidato sambutan kedua belah pihak serta pidato penutup yang mengemukakan kesimpulan nanti.

Mengapa tertutup?

Din Syamsudin dalam wawancara langsungnya dengan Metrotv sekitar 1 jam sebelum pertemuan berlangsung menyatakan bahwa dirinya harus menghadiri pertemuan tersebut sebagai bentuk tanggung jawabnya atas isu yang digulirkan oleh para tokoh lintas Agama yang dipimpinnya. Ia berpandangan bahwa akan lebih baik jika pertemuan dialogis tersebut nantinya disiarkan secara langsung dan terbuka kepada publik. Dengan kata lain, para pekerja pers sebaiknya diperbolehkan meliput secara menyeluruh rangkaian kegiatan pertemuan tersebut agar tidak menimbulkan kesan ketertutupan atau potensi intervensi kekuatan politik.

"Kami tegaskan sekali lagi bahwa tidak ada tujuan politik apa-apa dalam pertemuan ini. Kami para tokoh agama di Indonesia sudah bersatu, dan semata-mata pandangan kami ini bersifat penilaian moral terhadap pemerintahan, mewakili suara rakyat yang selama ini mengira pemerintah sudah melakukan kebohongan publik." katanya.

Sayang sekali, fakta yang terjadi adalah saat tulisan ini dibuat rekan-rekan wartawan yang bertugas meliput pertemuan tersebut harus bersabar menunggu hingga para pejabat itu keluar dari pintu putih istana. Wartawan hanya akan menangkap penuh liputan pidato-pidato (baik presiden maupun tokoh lintas agama) yang masih bersifat permukaan, bukan yang terpapar sebagai fakta dialog secara keseluruhan.

Memang, hal ketertutupan pertemuan kebangsaan seperti ini bukan yang pertama kali. Hal ini seakan mengulang masa-masa rezim Soeharto dulu ketika sebagian pers sangat asing dengan lingkungan bagian dalam istana kepresidenan.

Dilihat dari sudut pandang yang lain, hal ini bisa beralasan komunikasi.

Alasan yang bisa diterima adalah, pertemuan tertutup ini dimaksudkan agar kedua belah pihak yang saling mengklarifikasi memerlukan ruang fokus agar semua rancangan pandangan yang disiapkan bisa diutarakan secara utuh tanpa terpengaruh publikasi langsung yang terkadang menuntut kehati-hatian dalam mengeluarkan pernyataan. Kedua, pola komunikasi Presiden SBY selama ini memang terkesan straight. Maksudnya, dianggapnya sosok presiden sebagai simbol penggunaan tata Bahasa Indonesia yang baik menuntut SBY selalu menggunakan pola dan tata bahasa yang baku. Hal ini agaknya akan menyulitkan komunikasi dalam ruang dialog yang sejatinya mengutamakan terucapnya semua ide pikiran secara bebas. Apalagi, pertemuan malam ini adalah pertemuan yang sifatnya plural dan cross-cultural karena menghadirkan para tokoh berbagai Agama terkemuka di tanah air.

Tidak bisa dipungkiri, kekuatan pandangan kedua pihak dalam dialog malam ini akan membuat mereka blak-blakan dalam berdialog. Bisa jadi presiden ataupun Din Syamsudin akan saling melihat "sisi asli" masing-masing dalam menyampaikan pandangan secara langsung, bukan secara konseptual seperti pidato di atas podium dan atau di depan kamera.

Di samping itu, tetap ada kemungkinan terjadinya negosiasi pandangan dalam pertemuan ini. Walaupun para tokoh lintas agama berjanji akan tetap berkomitmen menyampaikan kekecewaan mereka di hadapan presiden secara langsung, pastilah rasa penghargaan pribadi mereka kepada sosok SBY atau posisi presiden menjadi pertimbangan khusus dalam menyampaikan pandangan mereka. Yang jelas, sejak awal para tokoh lintas agama mengaku tidak akan mengurangi sedikitpun tuntutan mereka sebagaimana sudah dituangkan dalam 7 butir pandangan yang ditandatangani secara bersama dan resmi tersebut.

Di luar ruangan, para wartawan juga berharap bahwa pemaparan kesimpulan yang akan dilaksanakan seusai pertemuan akan menjelaskan proses dan mekanisme dialog, ataupun lobi-lobi pandangan jika itu memang ada, tidak hanya seputar konten yang disepakati atau diklarifikasi. Karena bagaimanapun, adalah tugas jurnalisme melihat kronologi terbentuknya sebuah pernyataan. Bagaimanapun jurnalisme menuntut terjelaskannya kejadian di balik kejadian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun