Gadis menyeka rambutnya, peluh membutir-butir di keningnya. Matanya menyipit sebelah... sebelah lagi menyorot ke satu arah. menembus lubang kunci. Dua lingkaran yang menyatu, satu besar dan satu kecil. Gadis terus menembuskan pandangannya, lama sekali. Sesuatu yang mengisi pikirannya dengan cairan berwarna tempo hari, kini ada di sisi yang lain. Mengisi, dan menyelimuti. Satu bilik itu, ... bilik di balik lubang kunci. Gadis tak banyak akal. Ia berontak lalu berubah binal. Disumpahinya lubang kunci, yang tak memberinya ruang saksi. Ia menyipit lagi, membelalak lagi. Cahaya menembus lubang kunci. Ah... Andai saja Gadis lebih lihai. ... lalu dibukanya daun pintu ini. Tapi Gadis tak membelokkan maksud hati. Karena di balik pintu ada luka tak terobati. [caption id="" align="aligncenter" width="367" caption="Ilustrasi (rulefourtytwo.com)"][/caption] Yogyakarta, 20 April 2011.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H