Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lubang Kunci

20 April 2011   15:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:35 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (rulefourtytwo.com)

Gadis menyeka rambutnya, peluh membutir-butir di keningnya. Matanya menyipit sebelah... sebelah lagi menyorot ke satu arah. menembus lubang kunci. Dua lingkaran yang menyatu, satu besar dan satu kecil. Gadis terus menembuskan pandangannya, lama sekali. Sesuatu yang mengisi pikirannya dengan cairan berwarna tempo hari, kini ada di sisi yang lain. Mengisi, dan menyelimuti. Satu bilik itu, ... bilik di balik lubang kunci. Gadis tak banyak akal. Ia berontak lalu berubah binal. Disumpahinya lubang kunci, yang tak memberinya ruang saksi. Ia menyipit lagi, membelalak lagi. Cahaya menembus lubang kunci. Ah... Andai saja Gadis lebih lihai. ... lalu dibukanya daun pintu ini. Tapi Gadis tak membelokkan maksud hati. Karena di balik pintu ada luka tak terobati. [caption id="" align="aligncenter" width="367" caption="Ilustrasi (rulefourtytwo.com)"][/caption] Yogyakarta, 20 April 2011.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun