[caption id="attachment_202247" align="aligncenter" width="600" caption="Ini dia tiga kucing kampung saya. Tak ada nama, hanya mata dan mata."][/caption] Bagi saya semua ras spesies kucing itu memesona. Tentu banyak yang lebih suka jenis kucing Persia atau Siam yang punya keunikan dan eksklusivitas tersendiri, saya menganggap kucing kampung --sama halnya ayam kampung-- tetap bagus untuk dipelihara atau sekadar dijadikan teman main. Nah, untuk weekly photo challenge Kampretos pekan ini, saya khusus menyampaikan salam dari tiga ekor kucing rumah saya. Oh, namanya ya? Jujur sampai sekarang belum ada namanya mereka ini. Ibu saya kadang memanggilnya sebagai Si Putih, Si Hitam, dan Si Merah saja biar mudah. Semuanya betina. Saya pun sulit membedakan ketiganya karena punya bulu yang variatif. Hitam yang mana merah yang mana, saya tak begitu lihat kesesuaian panggilannya. Nah, di dalam foto-foto yang saya muat ini, dua ekor yang bercorak gelap adalah anak-anak, sedangkan yang ukurannya sedikit besar adalah induknya. Anak-anak ini lahir sekitar dua tahun lalu, satu dari mereka pun sebenarnya sudah melahirkan anak-anak lagi yang entah di mana sekarang. Dua bulan lalu waktu saya pulang kampung mereka masih ada, sekarang sudah menghilang. Mungkin "diamankan" ke lingkungan yang lebih sesuai. Kucing atau yang dalam bahasa latin umum dikenal sebagai felis silvestris catus sampai saat ini digolongkan sebagai hewan karnivora yang paling kompleks. Beberapa studi bahkan menemukan kecenderungan sifat kucing yang bisa saja omnivora. Dipercaya pada 50 juta tahun lalu nenek moyang kucing adalah sejenis Miacis, binatang liar pada masa Eosen yang sosoknya mirip musang. Dari satu famili Fenidae ditemukan tak kurang dari seratus spesies dan sepuluh jenis klasifikasi morfologisnya. Meski banyak orang lebih suka kucing ras, tapi ilmuwan mencatat jumlah kucing ras hanya 1% dari keseluruhan populasi Felis di dunia. Tentu ini termasuk golongan Gratus Catus atau kucing besar yang awam dikelompokkan sebagai harimau, singa, dan kucing besar lainnya. Kucing menarik karena sifat alami dan warna bulunya, sama seperti beberapa hewan berbulu lainnya. Kucing biwarna, yang keren disebut sebagai tuxedo cat saat hitam putih atau calico jika perpaduannya putih dan kekuningan, adalah bawaan gen dari hasil perkawinan induknya. Baik betina maupun jantan, akan selalu nampak elegan jika perpaduan warnanya teratur sempurna dan tidak menutupi keindahan mata. Mengapa mata kucing begitu menarik? Kucing adalah salah satu spesies hewan yang punya nilai budaya mistisme. Peradaban Mesir sejak 5.000 tahun yang lalu telah menempatkan kucing sebagai jelmaan Dewi Bast (Bastet atau Thet).  Setiap orang yang mengusiknya akan dijatuhi hukuman mati. Bahkan, pada tahun 1800-an ilmuwan gabungan dari Royal Archeological Society dan asosiasi sejarah Amerika menemukan kompleks makam yang menyimpan tak kurang dari 300.000 mumi kucing yang terbungkus rapi, seperti telah melewati semacam upacara pemakaman yang sakral. Di sebagian Eropa hal menyedihkan terjadi pada abad pertengahan ketika kucing dianggap sebagai spesies yang bersekutu dengan penyihir. Cerita-cerita faktual ataupun fiksi semacam Black Death di Eropa abad ke-14 akibat penyebaran penyakit PES dan rabies dipercaya karena kucing punya daya magis yang membahayakan. Akibatnya, ribuan kucing ditangkap dan dibunuh dengan cara dibakar ataupun dikubur. Di banyak museum Mesir, bagian terpenting dari kucing yang dinampakkan adalah ujung telinga dan matanya, atau sebagian besar bagian kepala. Studi sejarah dan budaya masih berusaha mengungkap alasan di balik mistisisme mata kucing, tapi secara awam, bukannya memang pupil kucing itu selalu nampak eksotis dan menawan? Saya potret tiga ekor kucing kampung ini, dan saya pun sengaja memfokuskan cahaya ke matanya. [caption id="attachment_202248" align="aligncenter" width="600" caption="Tiga kepala dan enam mata yang bersinar. Semua foto kucing ini sengaja saya jepret dengan mode automatis penuh dengan cahaya kilat. Meski om-om dan tante pakar fotografi menyarankan sebaiknya pakai cahaya alami, tapi dalam kegelapan ini saya bereksperimen."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H