Jari-jariku saling beradu. Sisi-sisinya bergelisik satu sama lain.
Mereka saling menghangatkan, mengirim pesan berantai ke otak bahwa ia sedang berpikir keras.
Baik malam maupun siang langit selalu menjadi papan cermin dan papan tulis bagiku.
Luas, membahana bagaikan rona kehidupan yang kadang berwarna dan kadang hitam legam.
Aku tak tahu apa-apa tentang pikiranmu saat ini, melaju begitu saja bagaikan nyamuk yang tak mau diusik lebah.
Terlalu angkuh raga ini jika memintamu untuk sedikit mengingat masa lalu.
Kusimpan rapat-rapat lembar-lembar tulisan indahmu, tapi rapat pula kulipat kenangan pahit saat aku khilaf di depanmu.
Semuanya berbaur, membuncah ke atas menggantikan bintang-bintang.
Semua titik itu berkilau lebih terang daripada cahaya malam.
Mereka berkedip mengejekku sesekali.
Mereka tidak pernah mau berucap "Mazel Tov" kepadaku.