Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Sang Sultan Mencium Niat Miring

1 November 2010   06:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:56 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_310147" align="alignright" width="298" caption="Sri Sultan Hamengkubuwono X (matanews.com)"][/caption] Kompas.com hari ini (1/11) melaporkan berita  menjelaskan Instruksi Sri Sultan Hamengkubuwono X di Sleman yang meminta semua bendera instansi, organisasi, dan elemen masyarakat lainnya di Posko-posko pengungsian korban Gunung Merapi diganti dengan bendera Merah Putih. Sultan mensinyalir adanya niat-niat miring beberapa kalangan yang justru hanya ingin memanfaatkan kesulitan-kesulitan bencana demi popularitas dan pencitraan kelompoknya sendiri. Seperti diberitakan, hari ini dalam kunjungannya ke posko utama Pengungsian Sleman, Sang Penguasa Keraton DIY meminta semua bendera warna-warni yang mengatasnamakan organisasi yang berbeda-beda untuk diturunkan. "Jangan sampai korban berpikiran bahwa mereka hanya dimanfaatkan untuk kepentingan organisasi, instansi, atau elemen lainnya.", kata Sultan seperti dikutip Kompas.com. Nampaknya, ketegasan Sultan ini sudah lama ditunggu-tunggu masyarakat. Betapa tidak, dalam seminggu terakhir dari kalangan pengungsi Merapi bermunculan pandangan bahwa beberapa kelompok yang "katanya" datang untuk menolong justru nampak hanya lebih sibuk menebar popularitas dengan membawa simbol-simbol organisasi atau kelompok masing-masing. "Kami tidak butuh difoto atau diperlihatkan bendera-bendera partai yang banyak ini. Kami butuh bantuan makanan dan air bersih.", begitulah reaksi seorang pengungsi yang ditanya mengenai atribut-atribut bendera yang memang banyak bertebaran di sekitar pengungsian. Kiranya, instruksi langsung Sultan di daerah pengungsian ini bisa menegaskan keseriusan pemerintah daerah DIY dalam melindungi warganya dari pengaruh-pengaruh psikologi buruk selama masa pengungsian. Memang menjadi suatu fenomena yang ironis ketika bencana-bencana di negeri ini dijadikan "komoditas unggul" dalam menghimpun popularitas, citra positif, dan calon suara oleh organisas-organisasi atau tokoh-tokoh tertentu. Semoga semua pihak lebih mengerti penderitaan korban bencana. Ada waktunya khusus untuk berkampanye. Yogyakarta, Kompasiana. terkait: http://nasional.kompas.com/read/2010/10/31/16554723/Hey.Parpol..Jangan.Eksploitasi.Bencana http://regional.kompas.com/read/2010/11/01/12342778/Ganti.Bendera.Posko.dengan.Merah.Putih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun